Lamine Yamal, pemain muda Barcelona yang baru saja menempati posisi kedua dalam pemilihan Ballon d’Or tahun 2025, telah menegaskan bahwa ia tidak bermaksud menjadi pengganti Lionel Messi. Meski sering dibandingkan dengan legenda klub tersebut, Yamal menyatakan bahwa fokusnya kini adalah membangun kariernya sendiri.
Yamal, yang berusia 18 tahun dan lulusan akademi La Masia seperti Messi, memiliki beberapa kesamaan dalam gaya bermain. Keduanya bermain di sisi kanan lapangan dan memiliki kemampuan menggiring bola yang luar biasa. Namun, ia menolak untuk terjebak dalam label sebagai “Messi berikutnya”.
“Saya tahu pertanyaan itu akan muncul,” ujar Yamal dalam wawancara dengan program CBS 60 Minutes. “Saya sangat menghormati apa yang sudah ia lakukan dan kontribusinya bagi sepak bola. Jika suatu hari kami bertemu di lapangan, rasa hormat itu tetap ada karena kami sama-sama pemain. Untuk saya, dia adalah yang terbaik sepanjang masa.”
Yamal juga menjelaskan bahwa ia ingin menjalani jalannya sendiri. “Saya tidak ingin menjadi Messi atau menirunya. Saya ingin mengikuti jalan saya sendiri. Saya tidak ingin menggunakan nomor 10 seperti yang ia gunakan.” Meskipun ia kini mengenakan nomor 10 di Barcelona, Yamal mengakui bahwa ada aspek permainannya yang terinspirasi oleh Messi.
Namun, ia lebih bangga pada visi bermain dan kemampuan umpannya. Hal ini terlihat dari assist yang ia berikan kepada Dani Olmo dalam kemenangan 3-1 atas Alaves. “Aneh, karena ketika kecil saya jarang menggiring bola. Saya banyak mencetak gol dan berlari, tapi visi permainan selalu jadi kekuatan saya.”
Yamal juga mengaku belajar dari Luka Modric, mantan pemain Real Madrid. “Mereka pemain favorit saya, dan memberi umpan terasa lebih cerdik dan menarik dibanding menggiring bola.”
Meski belum pernah saling berhadapan dengan Messi di lapangan, kemungkinan besar mereka akan bertemu di Piala Dunia 2026. Saat ini, Spanyol dan Argentina telah memastikan tiket ke putaran final. Yamal mengungkapkan ekspektasinya terhadap peluang Spanyol di turnamen tersebut.
“Ekspektasinya tinggi,” kata Yamal. “Sudah lama Spanyol tidak menjadi penantang serius. Negara ini antusias, dan saya juga antusias. Kemenangan di Euro datang pada waktu yang tepat. Saya merasa bahagia dan penting.”
Ketika ditanya apakah Spanyol bisa menjadi juara dunia, Yamal menjawab singkat dalam bahasa Inggris, “Yes.”







