Harga Bitcoin Naik di Atas US$90.000, Sentimen Pasar Kripto Masih Rapuh
Harga bitcoin terus menguat dan berhasil menembus ambang batas US$90.000 setelah mengalami rebound dari tekanan jual yang cukup tajam. Meskipun demikian, sentimen pasar kripto masih terasa rapuh akibat kehati-hatian dari para investor.
Berdasarkan data dari Bloomberg pada Rabu (3/12/2025), harga bitcoin sempat naik hingga 6,7% ke level US$92.228. Sementara itu, Ethereum (ether) juga mengalami rebound dengan kenaikan lebih dari 8%, sehingga kembali menembus angka US$3.000. Di sisi lain, beberapa aset kripto dengan kapitalisasi kecil dan kurang likuid seperti Cardano dan Chainlink melonjak lebih dari 10%.
Pelaku pasar menilai bahwa sentimen positif mulai muncul setelah beberapa pekan sebelumnya permintaan dari investor cenderung melemah. Pernyataan dari Kepala Securities and Exchange Commission (SEC) Paul Atkins terkait rencana pengungkapan kebijakan pengecualian bagi perusahaan aset digital menjadi salah satu faktor pendorong. Selain itu, keputusan dari Vanguard Group yang mengizinkan perdagangan ETF dan reksa dana yang mayoritas berisi aset kripto di platform investasinya juga turut memengaruhi.
“Pergerakan harga yang kuat ini didorong oleh kombinasi sentimen positif spesifik industri dan penyesuaian kripto dengan penguatan pasar secara lebih luas,” ujar Desk Strategist Wintermute Jasper De Maere.
Sebelumnya, harga kripto terpukul pada Senin (1/12/2025) setelah pernyataan CEO Strategy Inc., perusahaan pengakumulasi bitcoin, menyebut perusahaan dapat menjual bitcoin jika diperlukan guna memenuhi kewajiban pembayaran utang. Strategy kemudian mengumumkan pembentukan cadangan dana tunai senilai US$1,4 miliar untuk menjaga likuiditas.
Menurut Spencer Hallarn, Kepala Perdagangan OTC Global GSR, langkah tersebut justru menjadi sinyal positif dalam pengelolaan risiko. “Walaupun awalnya ditanggapi negatif, langkah konservatif untuk mengamankan likuiditas sekarang justru mengurangi potensi risiko ekstrem ke depan,” ujarnya.
Meski demikian, sejumlah indikator menunjukkan bahwa pemulihan masih sangat rawan. Data CryptoQuant memperlihatkan tingkat pendanaan (funding rate) bitcoin—indikator sentimen utama pasar kripto—berbalik negatif dalam beberapa hari terakhir. Hal ini menandakan minat terhadap posisi bearish di pasar kontrak berjangka abadi lebih besar dibandingkan taruhan bullish.
“Secara keseluruhan sentimen masih sangat hati-hati. Para trader kripto cenderung gelisah,” ujar CEO Axis Chris Kim. Dia menambahkan, investor institusional memilih menunggu keputusan suku bunga Federal Reserve pekan depan sebelum menambah eksposur risiko.
Bitcoin masih melemah hampir 30% dari rekor tertinggi pada awal Oktober lalu, membuat pasar aset digital berada dalam kondisi rapuh setelah tekanan jual berkepanjangan yang juga menghapus sekitar US$19 miliar posisi leverage.
Beberapa aset kripto yang terkait dengan keluarga Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut terdampak. Saham American Bitcoin Corp., perusahaan penambangan kripto yang didirikan bersama Eric Trump, sempat anjlok hingga 51% dalam waktu kurang dari 30 menit pada Selasa, meskipun perdagangan sahamnya beberapa kali dihentikan akibat volatilitas ekstrem.
Token TRUMP, memecoin resmi Donald Trump, longsor dari rekor US$73,40 saat peluncuran pada Januari dan kini diperdagangkan di kisaran US$6, menurut CoinGecko. Sementara itu, token WLFI dari platform DeFi World Liberty Financial yang terkait dengan Trump turun sekitar 30% dari puncaknya pada September. Adapun memecoin MELANIA, milik Ibu Negara Melania Trump, diperdagangkan di level US$0,13 dan telah kehilangan hampir seluruh nilainya sejak mencetak puncak pada Januari.
Menurut tim analis Bitfinex, kewaspadaan investor juga tercermin dari meningkatnya saldo stablecoin seperti USDT dan USDC di bursa kripto, yang mengindikasikan pelaku pasar memilih memarkir dana ketimbang agresif membeli penurunan harga. Dalam laporannya, tim analis Bitfinex menyebut kondisi tersebut lazim terjadi pada fase koreksi akhir siklus. Investor beralih ke stablecoin sambil menunggu arus dana ETF lebih stabil dan ketidakpastian makro mereda.
“Yang penting, ini bukan pola yang muncul pada puncak jangka panjang ketika likuiditas stablecoin justru menyusut. Saat ini, likuiditas justru menumpuk di pinggir pasar sebagai ‘dry powder’ menunggu kejelasan arah,” jelasnya.
Mencerminkan sikap waspada tersebut, indeks Fear and Greed versi CoinMarketCap pada Selasa (2/12/2025) berada di zona ketakutan ekstrem (extreme fear), dan telah menetap di level tersebut selama hampir tiga pekan terakhir.






