Penggunaan Gajah Terlatih dalam Penanganan Bencana
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah mengambil langkah inovatif dalam menangani daerah yang terdampak banjir dan longsor di Pidie Jaya. Empat gajah terlatih resmi dikerahkan untuk membantu proses pemulihan wilayah tersebut. Langkah ini dilakukan dengan memperhatikan seluruh prosedur agar keselamatan satwa dan tim tetap terjaga.
Kehadiran gajah ini menjadi solusi efektif bagi area yang sulit dijangkau oleh alat berat. Selain itu, kehadiran mereka juga membantu mempercepat proses pemulihan di lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan satwa dapat menjadi alternatif penting dalam situasi darurat.
Persiapan yang Matang Sebelum Turun ke Lapangan
Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, menjelaskan bahwa pengerahan gajah dilakukan setelah melalui survei dan perencanaan yang matang. Tim BKSDA Aceh terlebih dahulu melakukan survei menyeluruh terhadap kondisi lokasi, aksesibilitas, tingkat keamanan, serta kebutuhan operasional.
Dari hasil survei tersebut, ditentukan rute, titik kerja, tempat istirahat, serta durasi aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi fisik gajah. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyalahgunaan atau kelelahan berlebihan pada satwa.
Perawatan dan Kesehatan Gajah yang Terjamin
Untuk menjaga kesehatan gajah, BKSDA Aceh telah menyiapkan area istirahat dengan pakan yang cukup, suplemen, serta pemantauan rutin oleh dokter hewan. Ketersediaan air juga menjadi prioritas utama. Selain itu, satu unit mobil slip-on dengan tangki dan selang air disiagakan khusus untuk memenuhi kebutuhan minum gajah selama berada di lokasi.
Ujang menekankan bahwa keamanan gajah menjadi faktor utama dalam setiap keputusan lapangan. Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan gajah jinak dalam penanganan bencana bukan hal baru. Di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia, pemanfaatan gajah terlatih untuk penanganan bencana sudah diterapkan sejak lama.
Prinsip Kesejahteraan Satwa dalam Pemanfaatan Gajah
Menurut Ujang, gajah memiliki kemampuan yang sangat membantu selama didampingi oleh mahout dan mengikuti prinsip kesejahteraan satwa. Keempat gajah tersebut dibawa menggunakan truk langsir dari tempat tambat menuju titik kerja. Hal ini dilakukan untuk keamanan dan keselamatan gajah, termasuk menghindari stres sebelum mendukung penanganan area terdampak banjir.
Kolaborasi dengan Pihak Terkait
Penentuan lokasi kerja dilakukan bersama pemerintah daerah dan aparat kepolisian, guna memastikan keamanan seluruh personel sekaligus mengatur agar gajah tidak bekerja melebihi kapasitas fisiknya.
Tim lapangan terdiri dari delapan mahout, personel Polisi Kehutanan Resor, serta dokter hewan lengkap dengan perlengkapan medis. Seluruh kegiatan juga mendapat pengawalan dari kepolisian agar proses berlangsung tertib dan aman.
Langkah Kolaboratif untuk Pemulihan Lingkungan
Pengerahan gajah ini menjadi langkah kolaboratif untuk mempercepat pemulihan lingkungan, terutama di wilayah yang sulit dijangkau alat berat. Selain membantu penanganan bencana, upaya ini juga menegaskan bahwa setiap pemanfaatan satwa harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan tetap menjunjung tinggi kesejahteraannya.







