InfoMalangRaya.com – Arab Saudi telah menangguhkan visa elektronik Umrah B2C untuk warga Mesir, menyusul krisis gelombang panas yang mengakibatkan lebih dari 1.300 orang meninggal dunia saat haji.
B2C adalah visa elektronik yang memungkinkan jamaah untuk memesan langsung melalui portal umrah online kerajaan tanpa menggunakan agen perjalanan eksternal.
Pengguna visa B2C pertama-tama harus melakukan perjalanan ke UEA atau Oman untuk masa transit selama enam jam, sebelum menuju ke Arab Saudi untuk beribadah.
Aturan visa umroh baru ini muncul setelah setidaknya 1.301 jamaah meninggal akibat cuaca panas yang ekstrim selama ibadah haji bulan ini dengan banyak jamaah yang menggunakan visa non-resmi, sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadai untuk mendapatkan makanan, air, transportasi, atau akomodasi.
Kantor berita resmi Arab Saudi melaporkan bahwa lebih dari tiga perempat dari mereka yang meninggal memiliki izin non-Haji, memaksa mereka berjalan berjam-jam di bawah sinar matahari langsung dan tanpa perbekalan yang memadai. Sekitar 650 dari mereka yang meninggal adalah warga Mesir.
Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi menekankan pada awal pekan ini bahwa penangguhan visa B2C hanya bersifat sementara.
Warga negara Mesir masih dapat melakukan umroh, namun saat ini hanya dapat dilakukan melalui visa B2B standar yang memungkinkan untuk masuk langsung ke Arab Saudi.
Visa B2C juga telah ditangguhkan untuk Pakistan, menurut berbagai laporan.
Kematian warga Mesir saat menunaikan ibadah haji mendorong Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly untuk mencabut izin 16 perusahaan travel dan menyerahkan para manajernya ke jaksa karena mengizinkan orang untuk menunaikan ibadah haji melalui jalur yang tidak resmi dan tidak teratur.
Izin haji biasanya dialokasikan ke negara-negara dengan sistem kuota dan didistribusikan kepada orang-orang melalui undian, namun, prosesnya bisa jadi mahal bagi banyak orang sehingga mereka melakukan perjalanan haji dengan visa non-resmi atau tanpa izin.
Laporan tersebut mengatakan bahwa ibadah haji tahun depan akan berlangsung pada musim panas di mana suhu udara diperkirakan akan tinggi, dengan seruan kepada pihak berwenang Arab Saudi untuk memperlakukan ibadah haji sebagai suatu bahaya dan risiko kesehatan masyarakat.
Ibadah haji semakin terpengaruh oleh perubahan iklim, dengan panel antar pemerintah PBB tentang perubahan iklim memperingatkan bahwa beberapa bagian Teluk dapat menjadi tidak dapat dihuni pada akhir abad ini.*
Leave a Comment
Leave a Comment