Bencana Banjir di Badung, Bali: Peringatan Keras untuk Masyarakat
Bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Badung, Bali pada Rabu (10/9/2025) menjadi peringatan keras bagi seluruh warga setempat. Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa menyatakan bahwa kejadian ini menunjukkan pentingnya perubahan pola hidup dan perilaku masyarakat yang lebih berpihak pada kelestarian lingkungan.
Menurutnya, bencana alam ini tidak hanya mengancam keselamatan warga, tetapi juga mengganggu kesejahteraan ekonomi dan citra Badung sebagai destinasi wisata internasional. Dalam kunjungannya ke posko penanganan bencana di kawasan Kuta, ia menyampaikan komitmennya untuk memperkuat tata kelola ruang lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Pembangunan yang Berimbang
Pemkab Badung akan menjadikan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan daya dukung lingkungan sebagai prioritas utama dalam pembangunan ke depan. Ruang terbuka hijau akan menjadi fokus strategis, terutama di kawasan dengan tingkat pembangunan tinggi seperti Kuta Utara dan Badung Selatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah kabupaten telah merancang beberapa program, termasuk penghijauan di hulu sungai, pembangunan sodetan baru, serta evaluasi izin bangunan di bantaran sungai yang berpotensi mempersempit aliran air. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa depan.
Penyebab Banjir dan Upaya Perbaikan
Adi Arnawa menjelaskan bahwa banjir yang melanda wilayah itu bukan hanya disebabkan oleh curah hujan ekstrem, tetapi juga diperparah oleh faktor teknis. Hasil kajian konstruksi menunjukkan adanya penyempitan saluran air di kawasan Sentral Parkir Kuta, yang menjadi titik penyumbat utama.
Untuk mengatasi masalah ini, Pemkab Badung telah menyiapkan rencana pembebasan lahan seluas satu are pada tahun 2026 dengan alokasi anggaran sekitar Rp6 miliar. Dengan langkah ini, saluran air dapat dilebarkan sehingga aliran menuju laut lebih lancar dan mencegah terjadinya banjir berulang.
Perubahan Perilaku Masyarakat
Selain upaya infrastruktur, Adi Arnawa menekankan pentingnya perubahan perilaku masyarakat dalam menjaga ekosistem sungai. Masalah sederhana seperti sampah justru bisa menimbulkan dampak besar jika tidak dikelola dengan baik.
Pemerintah telah menyediakan fasilitas pengelolaan sampah seperti TPS3R dan TPST. Namun, tanpa adanya budaya disiplin lingkungan dari masyarakat, seluruh fasilitas tersebut tidak akan efektif. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kesimpulan
Banjir yang terjadi di Badung, Bali menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat. Dengan perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran lingkungan, serta pembangunan yang berkelanjutan, Badung dapat tetap menjadi destinasi wisata yang indah dan aman. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.