Program Pengelolaan Sampah Berbasis Aglomerasi di Malang Raya
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi lingkungan menjadi fokus utama dalam inisiatif terbaru di wilayah Malang Raya. Salah satu program yang sedang dijalankan adalah pengelolaan sampah berbasis energi, atau dikenal dengan nama Pengelolaan Sampah Energi Listrik (PSEL). Dalam program ini, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat akan diproses untuk diubah menjadi sumber listrik.
Menurut informasi yang diperoleh, diperlukan minimal 1000 ton sampah per hari agar program ini dapat berjalan secara optimal. Jumlah ini harus dipenuhi oleh tiga wilayah utama di Malang Raya, yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Keterlibatan ketiga daerah ini sangat penting karena kebutuhan sampah yang cukup besar tidak bisa dipenuhi hanya dari satu wilayah saja.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang, Ahmad Dzulfikar Nurrahman, menjelaskan bahwa Malang Raya menjadi contoh dalam penerapan program PSEL. Ia menegaskan bahwa seluruh masyarakat di wilayah ini perlu bekerja sama untuk memastikan keberhasilan program tersebut.
“Untuk menjalankan program ini, syaratnya adalah pengolahan sampah minimal 1000 ton per hari,” ujarnya saat menghadiri acara peninjauan TPA Talangagung. Ia juga menyampaikan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten Malang mencapai sekitar 1.200 ton per hari, sehingga secara teori, angka ini sudah memadai.
Namun, tantangan utamanya adalah luasnya wilayah Kabupaten Malang. Hal ini membuat sulit untuk mengumpulkan semua sampah di satu titik saja. Oleh karena itu, kolaborasi antara tiga wilayah di Malang Raya menjadi sangat penting.
Avi, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa jika masing-masing kota mampu mengelola sekitar 500 ton sampah, maka sisanya akan ditangani oleh Kabupaten Malang. Dengan sistem ini, pengelolaan sampah bisa lebih efisien dan merata.
Cara Kerja PSEL
PSEL menggunakan metode insinerasi, yaitu proses pembakaran sampah yang panasnya kemudian dikonversi menjadi tenaga listrik. Namun, tidak semua jenis sampah bisa digunakan dalam proses ini. Sampah yang cocok adalah yang termasuk dalam golongan anorganik dengan kalori tinggi, seperti plastik.
“Ini harus dilakukan pemilahan, yang organik tidak masuk karena yang dibutuhkan itu yang kering. Kalau mau ideal, mau optimal, memang harus ada pemilahan,” tambah Avi.
Pemilahan sampah sangat penting agar proses pembakaran berjalan dengan baik dan menghasilkan energi yang maksimal. Tanpa pemilahan, kualitas hasil energi listrik yang dihasilkan bisa menurun.
Peran Pemerintah Daerah
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan bahwa Malang Raya memiliki potensi besar dalam penerapan program waste to energy. Ia menyebutkan bahwa hal ini telah dibahas dalam pertemuan tiga kepala daerah se-Malang Raya.
“Paling utama pada pertemuan hari ini adalah tentang pengelolaan sampah. Nantinya, paling tidak Indonesia punya aglomerasi pengolahan sampah yang mampu menyelesaikan persoalan sampah secara sistematis,” ujar Hanif.
Program ini diharapkan tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi melalui produksi energi listrik. Selain itu, pengelolaan sampah yang baik juga akan berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Dengan kerja sama yang baik antar daerah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah, Malang Raya bisa menjadi contoh nyata dalam penerapan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.