Cekoki Anak Didik dengan Obat Batuk Adiktif Sejumlah Guru PAUD Taiwan Ditangkap

InfoMalangRaya.com– Pihak berwenang di Taiwan sedang melakukan penyelidikan atas kasus pencekokan obat berefek adiktif kepada anak-anak didik oleh guru sekolah PAUD.
Para guru di sebuah sekolah PAUD di New Taipei City dituduh memberikan obat penenang dalam bentuk obat batuk sirup yang mengandung zat adiktif seperti phenobarbital dan benzodiazepine.
Polisi sudah melakukan penyelidikan selama beberapa pekan dan mengatakan masih belum jelas mengapa anak-anak itu diberikan obat sirup yang dapat menimbulkan efek kecanduan.
Skandal ini memicu protes keluarga di luar gedung-gedung pemerintah, lansir BBC Selasa (20/6/2023).
Ratusan orang ambil bagian dalam sebuah unjuk rasa di New Taipei City pada hari Ahad guna menuntut transparansi dari pihak kepolisian. Para pengunjuk rasa mengkritik pihak berwenang karena dianggap kurang terbuka kepada publik dalam penanganan kasus ini.
Hari Senin, sebuah kasus terpisah juga muncul di kota Kaohsiung di bagian lain Pulau Taiwan.
Departemen kesehatan di sana mendapati empat dokter bersalah karena memberikan secara tidak tepat phenobarbital kepada sekitar 20 anak. Mereka diskors tidak boleh praktik selama enam bulan dan didenda 1,4 juta dolar Taiwan atau sekitar $46.121.
Di tengah kekhawatiran masyarakat, Taipei City Hospital menawarkan pemeriksaan gratis bagi anak-anak prasekolah untuk mengetahui apakah ada jejak zat penenang di dalam tubuh mereka.
Kasus ini mencuat ke publik pertama kali pada bulan Mei, ketika orangtua dari sejumlah anak prasekolah di New Taipei City menuding staf sekolah mencekoki anak mereka dengan “obat-obatan yang tidak jelas”.
Mike, ayah dari seorang anak berusia 5 tahun, mengatakan kepada BBC Chinese bahwa para orangtua memperhatikan sikap aneh anak mereka berupa tanda-tanda seperti orang kecanduan yang membutuhkan obat penenang, selama liburan Tahun Baru Imlek bulan Februari lalu.
“Sejumlah orangtua mendapati anak mereka, selama liburan, menjadi gampang marah, tidak dapat diam dan berteriak-teriak ketika tidur, dan bahkan menjerit dengan kaki kram,” papar Mike.
Setelah berbicara dengan anak-anak, para orangtua mengetahui bahwa guru mereka mencekoki anak-anak dengan “ramuan tidak jelas”. Laporan pengaduan ke pihak kepolisian dimasukkan pada bulan April dan Mei.
Menyusul pertambahan laporan kasus serupa pada bulan Juni, pihak berwenang setempat meluncurkan penyelidikan dan menemukan jejak phenobarbital dan benzodiazepines di dalam darah sedikitnya delapan anak. Kedua obat itu terkategori dalam obat-obatan psikoaktif.
PAUD yang menjadi pusat dari kasus ini, sebuah waralaba dari Kid Castle Educational Institute, diperintahkan untuk menutup sekolahnya pada 12 Juni. Jajaran direktur sekolah didenda 150.000 dolar Taiwan atau sekitar $4.872.
Kepala sekolah dan lima guru ditangkap dan diperiksa oleh polisi, tetapi kemudian dilepaskan dengan uang jaminan. Sekarang polisi sedang melakukan penyelidikan kriminal.
Media lokal melaporkan bahwa staf sekolah mengatakan pihak orangtua sudah menyetujui pemberian obat dalam daftar yang disodorkan sekolah, yang kemudian ditanggapi balik oleh pihak orangtua dengan mempertanyakan obat-obatan apa yang diberikan pihak sekolah kepada anak-anak mereka.
Seorang pakar farmasi Taiwan mengatakan kepada media setempat bahwa, meskipun jarang, ada obat batuk dan obat lambung yang mengandung phenobarbital.
Obat-obatan yang didalamnya terdapat phenobarbital kebanyakan digunakan dalam pengobatan pasien epilepsi dan atau digunakan sebagai obat anastesi dalam operasi, dan obat itu sulit didapat.
Benzodiazepines termasuk obat-obatan kelas depresan yang paling umum dipakai untuk mengatasi kecemasan parah.
Obat-obatan itu sangat adiktif alias menyebabkan kecanduan atau ketergantungan.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *