Dampak Pengaruh Lingkungan dan Teknologi, Mewarnai Karakter Anak

MALANG RAYA272 Dilihat

InfoMalangRaya – Kepala SDN Tanjungrejo 2 Sukun, Safriadi Kasijanto menegaskan, karakter anak menjadi kurang baik atau terkontrol dan sulit dinasehati. Karena dipengaruhi dua faktor dominan. Yakni faktor lingkungan dan teknologi.

“Kita yakini lingkungan di keluarga dan di sekitarnya. Termasuk kecanggihan teknologi gadget. Sedikit banyak memberikan warna pada kehidupannya di anak,” tegas Safri, selaku tuan rumah giat seminar pengembangan karakter anak, Jumat (11/08/2023).

Untuk itu, peranan orang tua dan guru sekolah. Setiap harinya berkaitan erat dengan anak, sama-sama memiliki bentuk tanggungjawab. Hanya saja tanggungjawab guru, tidak sebesar orang tua.

“Kita di sekolah dituntut memberikan edukasi secara humanis, santun dan hati ke hati. Menggali potensi baik sisi bakat, skill maupun persoalan. Ketika dialami oleh seorang murid SD,” jelas dia.

Bersama orang tua murid, menurutnya, guru di sekolah merupakan satu kesatuan. Saling berkaitan erat, mengembangkan potensi bakat dan kemampuan anak lebih maju dan bagus berprestasi.

“Harapannya dengan seminar orang tua dan pelatihan guru ini. Pengembangan karakter anak, kita bisa saling support dan menguatkan satu sama lainnya,” imbuhnya.

Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji mengenai pengembangan pendidikan penguatan karakter (PPK) anak. Senantiasa istiqomah memberikan perhatiannya. Menuju era society 5.0, kecanggihan teknologi pada faktanya. Tidak ada sekat dan mengedepankan etika.

“Informasi positif maupun negatif dari luar, tidak bersekat dan beretika. Jika tidak dipersiapkan dini, dengan penguatan karakter mental positif. Bisa terjadi degradasi moralitas anak bangsa,” kata Wali Kota Sutiaji.

Lanjut dia, dampak lainnya adanya kejutan psikologis pada anak. Menjadi tempat pelarian kurang positif, mengganggu masa depannya. Pada kondisi saat ini, persoalan psikologis telah terjadi pada sebagian anak.

“Oleh sebab itu, kesiapan dan ketrampilan atau skill pada anak-anak. Perlu kita dorong dengan cara pendekatan. Berikan kepada mereka rasa aman dan nyaman serta semangat. Bertekad kuat bisa maju berkembang,” terangnya.

Kekurangan dan kelebihan pada tiap anak, menurutnya, memiliki perbedaan tersendiri. Adakalanya mahir pada akademik, atau non akademiknya. Bisa juga akademik dan non akademik lemah, tapi sisi lainnya memiliki kelebihan.

“Kami berharap peranan guru bersama orang tua, terhadap perkembangan karakter anak. Memiliki peranan kuat dan bersentuhan erat tiap harinya. Dapat memunculkan bakat dan skill-nya secara positif dan bermanfaat bagi orang lain,” cetusnya.

Nantinya perkembangan karakter anak, sambung Sutiaji, contoh satu kelas di sekolah bisa petakan menjadi delapan atau sepuluh kelompok. Guru bisa menggali bakat dan ketrampilannya secara linier pada muridnya.

“Potensi anak dimana letak skill yang perlu kita asah dan dikembangkan selanjutnya. Tidak boleh ada distorsi, bahkan perlakuan diskriminasi pada anak. Serta tidak boleh menggeneralisasi terhadap apa yang diinginkannya,” tandasnya.

Mantan Wawali Kota Malang 2013-2018 ini mengibaratkan anak di sekolah, seperti ramuan atau resep masakan. Setiap bahan masakan memiliki keunggulan tersendiri.

“Demikian halnya, dengan anak-anak kita juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita tidak bisa memilah dan memilih sesuka kita, suatu saat pasti membutuhkannya. Terhadap apa yang tidak kita inginkan tersebut,” pungkasnya.

Hal senada, diperkuat oleh Kepala Dindikbud Kota Malang, Suwarjana, S.E.,M.M. Pelayanan pembelajaran kepada anak. Bukan jamannya lagi dengan cara kaku dan keras. Sudah waktunya pendekatan dari hati ke hati.

“Kelemahan dan kekeliruan saat tidak mengerjakan tugas, salah satu contohnya. Sekali, dua kali dan tiga kali. Kita mesti menggali apa yang terjadi sebenarnya. Kita berinisiatif mengkomunikasikan dengan keluarganya,” ujar Jana.

Mantan Sekretaris Dindikbud ini menambahkan, guru di sekolah pun sudah tidak jamannya gampang emosi pada anak didiknya. Ajaklah anak didik tersebut berkomunikasi yang baik, nasehati terus menerus dengan sabar.

“Apalagi di sekolah dasar seperti ini, guru BK nihil. Adanya hanya guru kelas dan guru agama diperbantukan dalam memberikan nasehat moral kepada murid. Guru SD saat kuliah sedikit banyak dibekali dengan ilmu psikologi,” tambahnya. (Iwan Irawan – Ra Indrata)
The post Dampak Pengaruh Lingkungan dan Teknologi, Mewarnai Karakter Anak appeared first on infomalangraya.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *