Dari Dunia Opera ke Cahaya Islam

Tumbuh di sebuah keluarga Kristen sebagai penyanyi gereja, ia mengaku banyak mengenal jenis manusia, tapi ia kaget kehidupan Muslim yang juga memiliki nabi-nabi yang sama seperti orang Kristen

InfoMalangRaya.com | DI TENGAH gemerlap panggung opera dan hiruk-pikuk kehidupan New York City, Noor Saadeh tidak pernah menyangka bahwa takdirnya akan membawanya pada sebuah perjalanan spiritual yang mengubah seluruh hidupnya.

Dari seorang penyanyi profesional dengan karier cemerlang, ia menemukan kedamaian dalam Islam—sebuah agama yang sebelumnya tidak pernah ia ketahui.

Pencarian Tanpa Disadari

Sejak kecil, Noor telah terbiasa dengan dunia musik. Ia tumbuh di sebuah keluarga Kristen di Wisconsin yang tidak terlalu religius, tetapi selalu menghormati nilai-nilai moral.

Musik adalah bagian dari hidupnya; dari nyanyian paduan suara hingga akhirnya menapaki panggung-panggung besar di New York City.

“Saya belajar musik klasik di perguruan tinggi, lalu pindah ke New York City. Saya bernyanyi dengan New York City Opera, tampil di Carnegie Hall, dan bekerja dengan New York Philharmonic. Musik bahkan bisa dibilang agama saya saat itu,” ujarnya.

Namun, di tengah kesuksesan itu, ada sesuatu yang terasa kosong. Seakan ada bagian dari dirinya yang belum terpenuhi. Hingga suatu hari, dalam perbincangan santai di sebuah kedai kopi yang dikelola oleh seorang pria Mesir, ia untuk pertama kalinya mendengar tentang Islam.

“Saya tidak pernah tahu bahwa ada agama monoteistik lain selain Yahudi dan Kristen. Bagaimana mungkin saya tidak mengetahuinya?” katanya terkejut.

Pintu Menuju Islam

Sejak kecil ia selalu tertarik belajar tentang orang lain. Suatu hari, ia masuk ke sebuah kedai kopi yang dikelola oleh orang Mesir.

“Saya mulai berbincang dengannya, dan ia mengatakan bahwa dia seorang Muslim,” katanya.

Saat itu dia mengaku malu karena menyukai dan tertarik dengan banyak orang tetapi tidak tidak tahu banyak tentang apa itu Islam. Padahal dia sudah sering bernyanyi di gereja dan telah mengenal berbagai kepercayaan lain.

“Tapi ternyata, Islam sangat berbeda dari apa yang saya bayangkan. Saya berpikir bahwa itu adalah agama Timur dengan banyak dewa, tetapi justru Islam adalah agama yang paling monoteistik,” ujarnya.

Ia mengakui dan baru paham bahwa Islam adalah bagian dari trilogi agama Abrahamik (Agama Samawi) bersama dengan Yahudi dan Kristen.

Betapa ia merasa bodoh saat itu, bahwa ternyata Islam juga menyembah satu Tuhan, yang menciptakan dan mengatur alam semesta.

“Islam adalah wahyu yang sama yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, termasuk Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Yesus (Nabi Isa), hingga Muhammad. Sayangnya, banyak orang di Amerika tidak tahu bahwa kita memiliki begitu banyak kesamaan,” ujarnya.

Hari demi hari, Noor semakin sering datang ke kedai kopi itu. Ia tak hanya menikmati kopi, tetapi juga diskusi panjang tentang Islam.

Ia mulai membaca Al-Quran dalam terjemahan bahasa Inggris dan menemukan jawaban atas banyak pertanyaan yang selama ini mengusik pikirannya.

Saat membaca Al-Quran, ia merasa seolah-olah kepingan puzzle dalam hidupnya mulai tersusun. Ia menemukan bahwa Islam bukan sekadar agama, tetapi sebuah jalan hidup yang menuntun manusia untuk selalu dekat dengan Sang Pencipta.

“Semakin saya membaca, semakin saya merasa bahwa inilah kebenaran yang selama ini saya cari,” ujarnya.

Akhirnya, Noor merasa siap untuk mengambil langkah besar. Tanpa ragu, ia mengucapkan syahadat dan resmi menjadi seorang Muslim.

Salah Paham tentang Islam

Salah satu hal yang membuatnya semakin memahami Islam adalah banyaknya kesalahpahaman terbesar seolah Islam sama dengan kekerasan atau ekstremisme, sebagaimana telah dibangun media Barat selama ini.

Setelah belajar secara perlahan tentang Islam, ia mulai paham arti Islam adalah “damai” dan “berserah diri kepada Tuhan”, sesuatu yang jauh dari aksi kekerasan, apalagi terorisme.

“Apa yang dilakukan oleh kelompok ekstremis seperti ISIS sebenarnya tidak mencerminkan ajaran Islam. Mereka sering kali tidak memahami agama mereka dengan baik dan lebih terdorong oleh kepentingan politik atau kekuasaan,” ujarnya.

Tantangan dan Transformasi

Sejujurnya, ia mengaku beruntung karena tidak pernah mengalami perlakuan buruk dari keluarga atau orang sekelilingnya setelah memilih jalan Islam.

Hanya saja, perjalanan setelahnya seolah tidak menjadi mudah. Terutama setelah ia memutuskan mengenakan hijab, banyak teman dan keluarganya yang terkejut.

Ada yang mendukung, tetapi tidak sedikit yang mempertanyakan keputusannya.

“Sepupu saya melihat saya turun dari pesawat dengan hijab dan berkata kepada ibu saya, ‘Lihatlah, pertama dia menjadi penyanyi opera, dan sekarang ini. Sudah tentu dia akan melakukan sesuatu yang aneh lagi,” Noor tertawa mengingat momen itu.

Namun, ia tetap teguh pada keyakinannya. Baginya, Islam memberikan kebebasan yang sejati.

Dengan hijab, ia merasa lebih dihormati dan lebih fokus pada esensi dirinya daripada sekadar penampilan luar.

“Hijab memungkinkan saya untuk mengontrol diri saya sebagai seorang wanita. Orang-orang kini berbicara dengan saya, bukan hanya melihat saya.”

Menemukan Kedamaian dalam Islam

Hari-hari Noor kini diisi dengan pembelajaran Islam yang lebih mendalam. Ia menemukan bahwa semakin ia mendekat kepada Allah, semakin ia merasa tenang dan bahagia. Islam telah memberinya arah yang jelas dan pemahaman bahwa hidup ini adalah ujian.

“Jika kita terikat dengan Al-Quran, maka ujian hidup akan terasa lebih ringan. Karena kita tahu bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”

Kini, Noor Saadeh mengabdikan hidupnya untuk berbagi pengalaman dan inspirasi kepada orang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa Islam bukanlah belenggu, melainkan cahaya yang membimbing manusia menuju ketenangan jiwa.

“Allah telah memilih saya untuk menjadi Muslim, dan saya bersyukur atas hidayah ini. Saya berdoa agar saya bisa tetap istiqamah hingga akhir hayat saya.”

Kini ia berusaha agar bisa menjadi umat yang taat dengan nikmat menjalankan syariat. Baginya, syariah adalah sistem hukum yang mencakup pedoman kehidupan sehari-hari.

“Misalnya, dalam pernikahan, harta seorang wanita tetap menjadi miliknya sendiri, bahkan setelah menikah. Tidak seperti yang sering digambarkan, hukum Syariah sebenarnya memberikan banyak hak kepada wanita,” ujarnya.

Perjalanan Noor Saadeh adalah bukti bahwa hidayah bisa datang dari arah yang tidak terduga. Dari panggung opera hingga menemukan Islam, Noor kini hidup dalam kedamaian yang selama ini ia cari.

Sebuah perjalanan yang penuh tantangan, tetapi juga penuh keindahan dan berkah.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *