Hongkong (IMR) – Boleh saja Liverpool “mengoleksi” striker mahal musim ini. Setelah membeli Hugo Ekitike GBP79 juta (Rp1,74 triliun), kini giliran striker Newcastle United Alexander Isak yang dibidik.
Tetapi, daripada ngebet membeli Isak seharga GBP120 juta (Rp2,6 triliun), lebih baik LFC memperkuat lini belakang dengan membeli bek lebih banyak.
Itu terlihat ketika LFC dibantai AC Milan 2-4 pada laga pramusim yang baru berakhir. 3 dari 4 gol ACM tercipta melalui skema serangan balik cepat. Rafael Leao, Alexis Saelemaekers, Ruben Loftus-Cheek, dan Noah Okafor berkontribusi terhadap gol ACM (gol dan assist).
Gol pertama oleh Leao di menit kesepuluh jadi bukti nyata bahwa LFC memang payah urusan mengatasi serangan balik cepat. Bahkan, kapten Virgil van Dijk yang berhadapan satu lawan satu dengan Leao juga gagal.
Gol pemungkas Rossoneri oleh Okafor pada menit ke-90+4 malah kian menguliti borok lini belakang LFC. Back pass Konstantinos Tsimikas gagal diamankan kiper Giorgi Mamardashvili yang berujung kalah sprint dengan Okafor. Momen memalukan itu jadi bukti lainnya bahwa yang darurat dibenahi LFC musim ini bukan lini depan melainkan lini belakang yang keropos.
“Sejujurnya stok bek kami aman. Ryan Gravenberch malam ini juga membuktikan bahwa dia bisa bermain sebagai bek tengah. Mungkin kepergian Jarell Quansah (ke Bayer Leverkusen, Red) yang harus kami temukan solusinya,” ujar Slot dilansir laman resmi klub.
Sejauh ini, LFC telah membeli enam pemain baru. Dua di antaranya adalah bek, Jeremie Frimpong dan Milos Kerkez. Tetapi, di sisi lainnya mereka kehilangan tiga bek. Selain Quansah, ada juga Trent Alexander-Arnold dan Nat Phillips.
Artinya, LFC harus memprioritaskan penambahan minimal satu bek lagi. Tentu saja, harganya tidak akan semahal Isak.
“Para pemain baru butuh waktu untuk adaptasi. Bersama pemain senior lainnya, kami akan membantu semuanya (pemain baru, Red) segera menyatu dengan tim,” ucap Van Dijk. (dio)