InfoMalangRaya.com – Ranking paspor ‘Israel’ turun dari peringkat 18 menjadi peringkat 20 menurut indeks paspor global terbaru Henley & Partners. Melemahnya paspor ‘Israel’ ini terjadi di tengah pelarangan visa entitas zionis di beberapa negara.
Indeks paspor Henley & Partners, yang didasarkan pada data ekslusif Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), melacak jumlah destinasi yang dapat diakses oleh pemegang paspor tanpa visa.
Pada bulan Januari, paspor Israel mengizinkan masuk bebas visa ke 170 destinasi dan menduduki peringkat ke-19 secara global. Meskipun turun menjadi 168 destinasi, paspor ‘Israel’ sempat naik ke peringkat ke-18 pada bulan Juli karena pergeseran peringkat negara lain.
Namun, pada Oktober 2025, Israel telah kehilangan akses bebas visa ke lima negara — Mauritania, Maladewa, Kolombia, Somalia, dan Myanmar — sehingga peringkatnya turun ke peringkat ke-20.
Menurut Henley & Partners, akses ke Mauritania, Somalia, dan Myanmar dihapus karena perubahan kebijakan yang lebih luas, sementara Kolombia dan Maladewa mencabut keringanan visa mereka karena perang genosida yang dilakukan ‘Israel’ di Gaza.
Perubahan dalam indeks kekuatan paspor ini mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam mobilitas dunia. Bahkan paspor Amerika Serikat, yang pernah menduduki peringkat pertama pada tahun 2014, kini turun dari 10 besar untuk pertama kalinya dalam 20 tahun sejarah indeks. Saat ini, sekutu setia ‘Israel’ itu berada di peringkat ke-12, setara dengan Malaysia, yang menawarkan akses bebas visa ke 180 dari 227 destinasi potensial.
Sekutu ‘Israel’ lainnya, Inggris juga mengalami penurunan dari peringkat keenam ke peringkat kedelapan — posisi terendah sepanjang sejarahnya — setelah sebelumnya menduduki peringkat teratas pada tahun 2015.
Negara-negara Asia kini mendominasi puncak indeks. Singapura memegang paspor terkuat di dunia, dengan akses bebas visa ke 193 destinasi. Diikuti oleh Korea Selatan (190) dan Jepang (189). Beberapa negara Eropa melengkapi 10 besar, sementara Kanada berada di peringkat kesembilan dengan 183 destinasi.
Ketua Henley & Partners, Dr. Christian H. Kaelin, mencatat bahwa “perubahan yang tampaknya kecil ini memiliki konsekuensi yang sangat besar — menggarisbawahi betapa seimbangnya lanskap mobilitas global saat ini.”
Kaelin menambahkan bahwa penurunan paspor AS mencerminkan lebih dari sekadar perombakan peringkat. “Menurunnya kekuatan paspor AS selama dekade terakhir lebih dari sekadar perombakan peringkat — ini menandakan pergeseran fundamental dalam mobilitas global dan dinamika kekuatan lunak. Negara-negara yang merangkul keterbukaan dan kerja sama semakin maju, sementara negara-negara yang mengandalkan privilese masa lalu justru tertinggal.”