Infomalangraya – BATU – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Batu mengusulkan untuk penyeberangan yang menghubungkan Pasar Induk Among Tani dengan Terminal Kota Batu dibuatkan underpass. Alasannya untuk jangka panjang sistem underpass dirasa lebih baik.
Kepala Dinas PUPR Kota Batu Alfi Nurhidayat mengatakan memang benar muncul wacana adanya kebutuhan akses penyeberangan tersebut. Terkait dengan apakah jadi atau tidak serta bagaimana sistemnya Dinas PUPR tetap harus menunggu hasil kajian teknis terlebih dahulu. “Semua yang kita kerjakan itu harus diawali dengan kajian teknis terlebih dahulu,” ujarnya.
Secara analisa awal ia mengatakan memang sangat diperlukan akses penyeberangan di area tersebut. Karena diperkirakan akan terjadi keramaian yang luar biasa ketika pasar baru tersebut beroperasi.
Sebagai informasi, wacananya ada dua sistem dalam membuat sarana penyeberangan. Yakni underpass dan overpass. Underpass adalah jalan melintang di bawah jalan lain atau persilangan tidak sebidang dengan membuat terowongan di bawah muka tanah, sedangkan overpass yaitu jalan yang dibangun tidak di sebidang tanah, melainkan melayang atau melintas di atas jalan/daerah.
Secara teknis, sistem underpass memungkinkan pengerjaan yang lebih cepat. Dan keuntungan lainnya sistem ini tidak terlalu mengganggu lalu lintas di Jalan Dewi Sartika. Terkait dengan terminal di Kota Batu dengan aset milik provinsi, menurutnya tidak akan menjadi kendala. “Jika untuk kepentingan rakyat kemungkinan tidak akan sulit prosesnya,” kata Alfi.
Lebih lanjut dia mengatakan, secara psikologis masyarakat pasti lebih malas menaiki tangga pada model overpass. Mereka cenderung memilih jalan datar atau menurun. Belum lagi memperhatikan dari sisi warga yang lanjut usia yang akan kesulitan naik tangga ke atas jembatan penyeberangan.
Sedangkan dari sisi estetika underpass dirasa lebih baik. “Karena kalau overpass pemandangan Gunung Arjuna dan Panderman akan terhalangi oleh jembatan penyeberangan orang,” katanya. Apalagi kemegahan pasar juga akan terkurangi.
“Memang kemungkinan jika menggunakan model underpass biaya pembuatan akan lebih besar,” ungkapnya. Namun jika memperhatikan ke depan maka ketahanan juga lebih unggul underpass. ”Dan biaya perawatan lebih murah,” jelasnya.
Jika proses semuanya telah disetujui, ia menjamin pengerjaan fisik untuk model underpass hanya butuh waktu sekitar satu bulan. Jadi menurutnya dari penilaian awal lebih baik menggunakan model underpass. Sekali lagi ia menekankan bahwa hal keputusan tetap akan menunggu kajian teknis atau studi kelayakan terlebih dahulu.
Ketua Komisi C DPRD Kota Batu Khamim Tohari mengatakan, memang tengah memikirkan hal tersebut. Menurutnya akses penyeberangan sangat penting. “Nanti akan kita bahas di gedung dewan dengan OPD terkait,” ungkapnya. (iza/lid)