InfoMalangRaya.comβSeorang dokter Amerika dari unit gawat darurat Florida merilis hasil pemindaian CT yang mengkhawatirkan dari seorang pasien yang dirawat di rumah sakit setelah memakan daging babi yang kurang matang. Hasil pemindaian tersebut menemukan adanya infeksi parasit yang serius di kaki pasien.
Bahaya makan daging babi setengah matang ini terungkap melalui pemindaian tubuh yang menunjukkan adanya infeksi parasit dalam tubuh melalui daging yang terkontaminasi.
Foto tersebut diunggah daring oleh Dr. Sam Ghali, seorang dokter gawat darurat di University of Florida Health Jacksonville. Dr. Sam Ghali membagikan di media sosial gambar seorang pasien dengan tanda-tanda jelas infeksi parasit yang dikenal sebagai sistiserkosis.
Sistiserkosis terjadi ketika larva suatu spesies cacing pita memasuki jaringan seperti otot atau otak. Sistiserkosis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh konsumsi kista larva Taenia Solium, yang juga dikenal sebagai: Cacing Pita Babi.
βSiklus Hidupnya benar-benar liar dan agak rumit, tetapi saya akan menguraikannya di sini dan semoga membuatnya mudah dipahami: Jadi manusia terinfeksi T. Solium dengan menelan kista yang dapat ditemukan pada daging babi yang kurang matang. Setelah beberapa minggu (biasanya sekitar 5-12 minggu) kista ini berevolusi di dalam saluran pencernaan menjadi cacing pita dewasa. Kondisi ini dikenal sebagai Taeniasis Usus,β jelas Dr. Ghali.
Larva ini membentuk kista (tumor) keras yang mengalami pengapuran (kalsifikasi) dan dapat dirasakan sebagai benjolan di bawah kulit dan tampak sebagai bintil (benjolan) oval berwarna putih seperti βbutir berasβ pada pemindaian.
Meski tidak menyenangkan, umumnya tidak berbahaya karena larva tidak dapat hidup di luar usus. Namun tumor ini bisa menimbulkan masalah jika berkembang di otak.
Cacing pita yang menyebabkan infeksi ini memasuki tubuh manusia melalui konsumsi telurnya.
Telur-telur ini dapat ditemukan pada daging babi yang kurang matang dan dapat berkembang menjadi cacing pita dewasa di usus manusia, namun telur-telur ini tidak secara langsung menyebabkan sistiserkosis.
Di sisi lain, sistiserkosis terjadi ketika orang yang terinfeksi menyebarkan telur cacing pita ke orang lain melalui tinjanya.
βSangat penting untuk dicatat bahwa hanya ketika telur-telur ini tertelan melalui penularan fecal-oral, seseorang dapat mengalami sindrom klinis yang dikenal sebagai sistiserkosis,β kata Dr. Ghali dalam X yang dikutip Daily Mail, Selasa lalu.
Penularan terutama terjadi ketika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan toilet, meskipun telurnya juga dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi tinja.*