Blitar (IMR) – Upaya menghadirkan energi ramah lingkungan sekaligus meringankan biaya produksi pertanian mulai diterapkan di Desa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Melalui program Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai Sumber Energi Alternatif untuk Efisiensi Biaya Pengairan Sawah, petani kini bisa memanfaatkan energi surya untuk mendukung keberlanjutan pertanian.
Program ini dilaksanakan pada Agustus–November 2025 oleh tim dosen Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang terdiri dari Aris Heri Andriawan, Harjo Seputro, Achmad Yanu Alif Fianto, dan Endah Masrunik. Kegiatan ini didukung pembiayaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), dengan mitra pelaksana Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sekarsari Desa Minggirsari.
Selama ini, kebutuhan listrik untuk pompa air pertanian di Minggirsari sepenuhnya bergantung pada pasokan PLN. Padahal, aktivitas pengairan terutama saat musim tanam membutuhkan daya listrik besar dengan biaya tinggi. Kondisi ini kerap menjadi beban tambahan bagi petani di tengah naiknya biaya produksi.
Menjawab tantangan tersebut, tim dosen Untag memperkenalkan PLTS berkapasitas 3000 Wp untuk mengoperasikan pompa air berdaya 2700 watt. Sistem ini beroperasi pada siang hari ketika intensitas cahaya matahari optimal, sedangkan pada malam hari tetap menggunakan listrik dari PLN.
Hasil uji coba menunjukkan, penggunaan PLTS mampu menghemat 40–50 persen dari total biaya listrik. Penghematan ini dinilai sangat signifikan mengingat pengairan menjadi salah satu pos pengeluaran terbesar dalam usaha tani padi maupun hortikultura di Minggirsari.
Ketua pelaksana program, Aris Heri Andriawan, menyampaikan harapannya agar inovasi PLTS dapat menjadi awal kemandirian energi sektor pertanian desa.
“Dengan PLTS, petani bisa menekan biaya produksi sekaligus berkontribusi pada penggunaan energi ramah lingkungan. Harapan kami, inovasi ini bisa direplikasi di desa lain agar manfaatnya lebih luas,” ujarnya.
Ketua Gapoktan Sekarsari Desa Minggirsari juga mengapresiasi inisiatif ini. Menurutnya, PLTS membawa dampak nyata bagi kesejahteraan petani sekaligus menambah wawasan mengenai energi alternatif.
“Dengan PLTS, biaya listrik bisa ditekan hampir setengahnya. Ini sangat membantu petani menghadapi tantangan biaya produksi yang semakin tinggi. Kami berharap program seperti ini terus berlanjut,” katanya.
Selain efisiensi biaya, penerapan PLTS juga mendukung agenda nasional pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Desa Minggirsari kini berpotensi menjadi contoh desa pertanian berbasis energi bersih di Kabupaten Blitar.
Melalui kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan kelompok tani, program ini tidak hanya memberi manfaat jangka pendek berupa penghematan, tetapi juga membuka jalan menuju pembangunan pertanian pedesaan yang berkelanjutan. [but]