Kiprah Dicky Kurniawan Arifin yang Mengubah Nasib di Persijap Jepara
Dari seorang pemain yang pernah dianggap hanya sebagai pelengkap di Persebaya Surabaya, kini Dicky Kurniawan Arifin menjadi bintang baru di Persijap Jepara. Pemain mungil dengan postur tubuh 165 cm ini menunjukkan kemampuan luar biasa di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia, terutama dalam pertandingan melawan Persib Bandung.
Pada laga yang digelar di Stadion Gelora Bumi Kartini pada Senin (18/8) malam, Dicky memberikan assist yang mengantarkan Sudi Abdallah mencetak gol penentu kemenangan Persijap dengan skor 2-1. Gol tersebut tercipta di menit 90+3, hanya satu menit setelah Sudi masuk lapangan. Dicky menunjukkan kejelian dan visinya saat melepaskan umpan terukur yang berhasil dieksekusi sempurna oleh Sudi.
Kontribusi Dicky langsung membuatnya menjadi sorotan publik Jepara. Ia dianggap sebagai motor serangan baru yang mampu menghidupkan permainan tim. Penampilannya yang luar biasa membuktikan bahwa ia bukan sekadar pemain muda biasa, tetapi memiliki bakat yang luar biasa.
Latar Belakang Karir Dicky Kurniawan
Lahir di Surabaya pada 6 Juni 2002, Dicky memiliki perjalanan karir yang cukup berliku sebelum akhirnya bersinar di Persijap Jepara. Meski tidak memiliki fisik yang besar, ia lebih mengandalkan kelincahan, kecepatan, serta visi bermain yang memungkinkannya sulit dihentikan lawan.
Bakatnya sudah terlihat sejak usia dini ketika bergabung dengan Assyabaab pada 2007. Selama tujuh tahun di sana, Dicky terus mengasah teknik dasar hingga akhirnya pindah ke Bintang Timur, klub internal Persebaya Surabaya, pada 2014. Di sana, ia tampil menonjol dan membawa timnya mendominasi Seri A Kompetisi Kapal Api Persebaya 2018.
Kemampuannya membuat tim talent scouting Persebaya U-17 tak ragu memanggilnya. Sejak saat itu, karir Dicky di Green Force muda melesat cepat. Di Piala Soeratin U-17 Jatim 2018, ia menjadi motor permainan Persebaya Surabaya dan membawa timnya lolos fase grup tanpa kekalahan.
Dari Persebaya ke Gresik United
Meski catatan golnya hanya dua, pergerakan Dicky selalu menciptakan ruang bagi rekan setim. Kemampuannya mengatur tempo dan melepaskan umpan-umpan matang membuatnya jadi andalan pelatih Seger. Bahkan, penonton waktu itu menjulukinya Si Kancil, nama yang dulu disandang legenda Persebaya Surabaya Abdul Kadir.
Sayangnya, perjalanan Dicky di Persebaya senior tidak berjalan mulus. Setelah naik ke tim utama pada 2021, dia lebih sering jadi penghangat bangku cadangan hingga akhirnya dilepas ke Gresik United pada 2022. Tiga musim di Gresik menjadi masa pembuktian bagi Dicky. Dia mendapat menit bermain lebih banyak, mengasah mental, dan belajar menghadapi kerasnya Liga 2.
Kesempatan Baru di Persijap Jepara
Keputusan Persijap Jepara merekrut Dicky terbukti tepat karena ia langsung nyetel dalam skema pelatih Mario Lemos. Dalam dua laga pertama, kontribusinya sudah terasa nyata. Statistik menunjukkan ia mencatat satu assist, rata-rata 0,5 key passes per laga, serta akurasi umpan mencapai 77 persen.
Lebih dari sekadar angka, pengaruhnya terlihat pada ritme permainan Persijap yang lebih hidup saat dia turun. Kreativitasnya membuka banyak peluang meski secara fisik kalah dari lawan.
Dicky sendiri mengaku sejak kecil sudah bercita-cita jadi pemain profesional. Sosok Rendi Irwan, kapten Persebaya Surabaya, menjadi panutan utamanya karena sama-sama berasal dari Bintang Timur. Meski impiannya tidak terwujud bersama Persebaya Surabaya, nasib membawanya bersinar di Persijap.
Di usia 23 tahun, Dicky memasuki masa emas karirnya. Persijap Jepara tentu berharap kiprahnya bisa terus konsisten sepanjang musim. Apalagi mereka baru kembali ke kasta tertinggi dan butuh sosok kreator serangan seperti Dicky.
Bagi publik Surabaya, kisah Dicky bisa jadi pelajaran berharga. Pemain yang dulu dilepas begitu saja justru menunjukkan kualitasnya di tempat lain. Kini mata pecinta sepak bola Indonesia patut menanti bagaimana perjalanan Si Kancil muda ini. Dari pemain buangan, ia telah menjelma jadi bintang baru Super League 2025/2026.