InfoMalangRaya.com – Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) akan berlangsung di Jakarta 09-11 November 2025. Hajatan dua tahun sekali ini mengambil tema besar “Considering Wasatiyat Islam and Tionghoa for Global Collaboration”.
Chairman CDCC, Prof. Din Syamsuddin menyampaikan dunia hari ini membutuhkan jalan tengah sebagai solusi atas krisis ekstremitas global yang muncul akibat dominasi politik, ekonomi, dan budaya yang berlebihan.
“Dunia saat ini terjebak dalam ekstremitas, baik dalam ekonomi, politik, maupun budaya. Oleh karena itu, jalan tengah atau wasatiyyah menjadi tawaran moral bagi tatanan global yang lebih berimbang,” kata dia. ujar Din Syamsuddin dalam Konferensi Pers di PP Muhammadiyah, Kamis (06/11/2025).
Din menuturkan World Peace Forum (WPF) ke-9 ini, bukan sekedar forum internasional melainkan bertemunya para pejuang perdamaian dunia lintas agama, bangsa, dan latar belakang.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ke-6 ini menjelaskan bahwa WPF tidak dibentuk sebagai organisasi formal dengan struktur seperti lembaga atau negara, melainkan sebagai gerakan moral global yang berfokus pada penyebaran dan pengarusutamaan nilai-nilai perdamaian.
“Kita tidak bergerak seperti negara, tidak pula seperti organisasi politik. Forum ini lebih merupakan wadah moral, tempat kita menyuarakan dan mengarusutamakan cita-cita bahkan mimpi tentang perdamaian dunia,” jelas Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2015.
Menurut Din, dalam beberapa tahun terakhir, CDCC mengembangkan gagasan “Jalan Tengah” sebagai tawaran alternatif terhadap sistem global yang kini terjebak dalam ekstremitas.
“Sistem dunia saat ini tumbuh di atas fondasi humanisme sekuler yang berujung pada liberalisasi ekstrem ekonomi bebas, politik bebas, budaya bebas yang justru menyebabkan kerusakan moral dan sosial di berbagai belahan dunia,” tegasnya.
Gagasan “Jalan Tengah” itu pertama kali ditegaskan pada World Peace Forum ke-7 di Jakarta dengan tema “The Middle Path for World Civilization.” Gagasan tersebut kemudian diperluas dalam forum-forum selanjutnya, termasuk World Peace Forum ke-8 di Solo yang menyoroti Wasatiyat Islam konsep keseimbangan dan moderasi dalam ajaran Islam sebagai pilar utama peradaban damai.
Lebih lanjut, Din menuturkan bahwa setiap pertemuan WPF selalu diakhiri dengan sebuah pesan moral yang kemudian dibawa oleh para peserta ke negaranya masing-masing. “Biasanya, kita menamakan hasil pertemuan itu dengan nama tempat pelaksanaannya: ada Bogor Message, Jakarta Message 2018, Surakarta Declaration, dan mungkin besok akan lahir juga,” ujarnya sambil tersenyum.
Din berharap, pesan-pesan yang suarakan tentang jalan tengah senantiasa menjadi inspirasi dan bahan refleksi bagi lembaga, yayasan, dan institusi keagamaan untuk terus menyuarakan perdamaian di level masyarakat.
“Kami tidak mengklaim apa-apa. Kami hanya gerakan moral yang berangkat dari inisiatif masyarakat sipil. Tapi kami percaya, suara moral dari rakyat bisa jauh lebih penting daripada diam di tengah krisis dunia,” tutup Din Syamsuddin.* Azim Arrasyid







