Film Horor Terbaru yang Mengangkat Mitos Lokal
Film horor terbaru yang berjudul Perempuan Pembawa Sial akan segera hadir di layar bioskop Tanah Air. Dengan kisah yang mengangkat mitos Jawa kuno Bahu Laweyan, film ini menawarkan pengalaman yang berbeda dari biasanya. Mitos tersebut menceritakan tentang perempuan yang diyakini membawa sial bagi pasangan hidupnya. Film yang digarap oleh Fajar Nugros bersama IDN Pictures ini menampilkan sosok Mirah yang menjadi pusat cerita. Melalui karakter ini, film menyajikan kisah penuh misteri dan emosional.
Sebelum tayang, Popbela melakukan wawancara eksklusif dengan pemeran utama, Raihaanun. Dalam wawancara tersebut, ia berbagi pengalamannya memerankan karakter Mirah, proses pendalaman peran, serta makna dari film ini yang dinilainya penuh pesan tersirat.
Karakter Mirah yang Dihantui Kesialan dan Depresi
Raihaanun menggambarkan Mirah sebagai sosok yang terus-menerus dihantui kesialan. Tekanan tersebut membuat hidupnya terasa muram dan hampir mirip dengan depresi. Ia menjelaskan bahwa kesialan itu menjadi beban utama yang harus diungkap sepanjang cerita. “Sebenarnya kalau ditarik (kesimpulannya), mungkin dia lebih ke depresi, kayak kenapa hal ini (kesialan) terjadi berulang kali di hidupnya,” ujarnya.
Menurutnya, kesialan tersebut menjadi misteri yang harus terungkap seiring berjalannya cerita. “Akhirnya, seiring berjalannya cerita film ini nantinya akan terbongkar kenapa (bisa terjadi) demikian,” tambahnya.
Proses Menghidupkan Karakter Mirah
Untuk menghidupkan karakter Mirah, Raihaanun melalui serangkaian proses seperti reading intensif dan pendalaman peran bersama tim. Ia juga mendapat bimbingan dari aktor sekaligus pelatih akting, Rukman Rosadi, yang membantunya menemukan bentuk karakter. “Ada proses reading, dan ada juga Mas Rukman Rosadi sebagai acting coach-nya di sini, jadi kita menemukan bentuk ketika Mirah dengan Laweyan itu adalah satu kesatuan sebenarnya,” ungkapnya.
Proses ini juga melibatkan eksplorasi koreografi. Gerak tubuh Mirah dibuat menyatu dengan kutukan Laweyan yang mengeksekusi korban. “Jadi, dicari bentuknya gimana ketika Laweyan ini mengeksekusi korban-korbannya itu disatukan dengan Mirah, koreonya seperti apa. Kayak gitu, sih, (latihan olah tubuhnya) lebih kepada itu. Kalau olah rasanya, lebih ke bagaimana caranya menyatukan antara karakter Mirah dan Laweyan ini,” tambahnya.
Diskusi Intens dengan Sutradara
Saat proses script reading dari Perempuan Pembawa Sial, Raihaanun mengaku bahwa skrip yang ia terima sudah memiliki visualisasi tersendiri. Dari situlah, kemudian muncul diskusi intens dengan sutradara, Fajar Nugros. “Pastinya dikasih skrip itu, kan, punya visualnya sendiri, mau ngebentuk eksekusi karakternya seperti apa. Jadi, ketika Mas Nugros ini menginginkan yang berbeda dari Mirah, itu membuat saya sebagai aktor harus diskusi (lebih lanjut) juga. Mau dibentuknya seperti apa, jangan sampai jauh dari karakternya (Mirah),” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa proses finalisasi karakter, termasuk koreografi yang menyatukan antara Mirah dengan Laweyan, dilakukan langsung saat hari-H syuting. “Jadi, ketika proses di mana ngebentuk karakter Mirah dan Laweyan ini menjadi satu dan harus membentuk koreografinya, itu benar-benar (dieksekusi) di hari-H-nya,” ucapnya.
Percaya pada Hal Mistis, Tapi Baru Tahu Soal Bahu Laweyan
Menjawab pertanyaan tentang kepercayaannya terhadap mitos lokal di zaman sekarang, Raihaanun meyakini adanya hal-hal mistis. Namun, mitos Bahu Laweyan, yang menjadi inspirasi di balik Perempuan Pembawa Sial, justru baru ia ketahui ketika terlibat dalam film ini. “Sebenarnya, sesuatu hal yang mistis itu ada, ya, (eksistensinya). Cuma, tentang Bahu Laweyan dan segala macamnya saya juga baru tahu di film ini. (Kalau ditanya) Percaya, sih, percaya,” katanya.
“Dendam” Jadi Kata Kunci Film
Ketika diminta mendeskripsikan film Perempuan Pembawa Sial hanya dengan satu kata, Raihaanun memilih “dendam”. Menurutnya, Mirah bukan sekadar perempuan yang sial, melainkan korban dari cap negatif yang dilekatkan orang lain. “‘Perempuan Pembawa Sial’ itu sebenarnya nggak sial. Sebenarnya dia itu sial, tapi karena dibikin (label negatif oleh) orang. Jadi mungkin yang bisa dideskripsikan dengan satu kata itu ‘dendam’,” teegasnya.
Ia menambahkan bahwa film ini berbicara tentang dendam yang lahir dari hal-hal tak terlihat. “(Alasannya) Karena film ini tentang dendam itu sendiri. Ternyata, apa yang kita nggak tahu, (lalu) kita tebar benihnya, orang (bisa dengan bebas) menangkapnya seperti apa, (dan bahkan) orang terdekat pun juga bisa jadi backstabber,” ungkapnya.
Film Perempuan Pembawa Sial akan tayang serentak di bioskop mulai 18 September 2025. Bagi yang penasaran dengan kisah dendam yang diangkat dalam film ini, tidak boleh melewatkan tayangan perdana.