Suara azan Maghrib berkumandang. Angin kencang dan hujan deras mengguyur Kampung Ciater, Desa Cibungur, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten ketika kami tiba, Sabtu,12 Oktober 2024 lalu.
Sebanyak lima orang yang berasal dari Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara InfoMalangRaya (YAWASH), Relawan Dakwah Pedalaman Banten dan majalah Suara InfoMalangRaya itu kemudian memutuskan menginap di rumah Ustadz Supriyanto.
Untuk menuju lokasi ini harus melalui hutan dengan kondisi jalan yang rusak.
Ba’da shalat Isya’ kami berdiskusi dengan Ustadz Supri, panggilan akrab Ustadz Supriyanto ditemani singkong goreng, pisang goreng, dan kopi. Ia menceritakan pengalamannya selama menjadi da’i yang ditugaskan oleh Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH) di perkampungan muallaf suku Baduy dan sekitarnya.
“Berdakwah itu tidak cukup hanya berbekal ilmu, tetapi juga sikap bijaksana. Banyak da’i yang berilmu tapi ditolak di masyarakat karena kurang bijak dalam menjalankan misi dakwah,” ungkap Ustadz Supri.
Menurutnya, berdakwah itu bukan suatu pekerjaan yang ringan, bahkan butuh keikhlasan dan kesabaran. “Meski demikian kita harus yakin dengan pertolongan Allah,” ia menegaskan.
Cerita berdakwah yang disertai diskusi perkembangan dunia Islam, dan media sosial seperti tak akan habis. Akhirnya, kami sudahi tepat pukul 00.15.
Rumah panggung Ustadz Supri tampak bersih dan asri. Di depannya ada kolam ikan mas dan nila. Ada juga kandang kambing, di depannya ada plang berlogo BMH dan PT Paragon Technology and Innovation, perusahaan induk yang menaungi kosmetik merek Wardah.
Di kampung mualaf suku Baduy ini, YAWASH juga pernah memberikan al-Qur’an.
Pukul 7.00 kami melanjutkan perjalanan. Tujuannya mengunjungi ibu-ibu jamaah masjid Az-Julaeha di Desa Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Masjid yang berjarak 38 km dari pusat kota Kabupaten Lebak ini dibangun sejak Februari 2012 dan ramai dengan berbagai kegiatan.
Kami menggelar acara bertema “Belajar Al-Qur’an Masyarakat Pedalaman Banten”. Acara yang dimulai dari jam 09.00 hingga Zuhur ini diikuti 70-an orang peserta.
Kiai Aminuddin, tokoh masyarakat yang juga takmir masjid Az-Julaeha menyampaikan apresiasinya. “Saya menyampaikan terima kasih kepada para ustadz yang telah datang dengan niat memberikan ilmu bagaimana cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar, karena sebaik-baik umat adalah yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an,” ungkapnya.
Sementara, kordinator acara, Ustadzah Eli Suhartini, menyampaikan ungkapan senada. “Terima kasih kepada Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara InfoMalangRaya yang telah bekerjasama dengan kami sehingga terlaksananya kegiatan belajar membaca al-Qur’an,” katanya.
“Semoga buku Iqro’ yang kami terima bermanfaat dan mengalirkan pahala bagi para donatur,” imbuhnya.
Acara ini juga dihadiri Ustadz Thoriq, Pemimpin Redaksi majalah Suara InfoMalangRaya. Lulusan Al-Azhar, Kairo ini menyampaikan fadhilah bagi yang membaca dan mempelajari al-Qur’an.
Adapun sekretaris YAWASH sekaligus pemateri pelatihan, M Azmi, menyampaikan sebuah Hadits guna memotivasi para peserta. Ia mengutip sebuah Hadits Rasulullah Saw, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh.”
Sejak awal hingga akhir pelatihan, peserta tampak antusias dan semangat. Di sela-sela penyampaian materi banyak peserta yang bertanya dan sesekali diselingi yel-yel penyemangat.
“Alhamdulillah, kami banyak mendapat ilmu dan insya Allah kegiatan ini sangat bermanfaat,” ucap salah seorang peserta.
“Hatur nuhun (terima kasih),” kata seorang ibu lanjut usia sambil memegang buku Iqro’.
Al-Qur’an Rusak
Pukul 15.00 kami melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya sebuah kampung di pedalaman Kabupaten Pandeglang, Banten.
Kami tiba pukul 18.30 di sebuah yayasan pendidikan Islam. Tepatnya di Desa Katumbiri, Kecamatan Cigeulis.
Tiga kilometer sebelum tiba di lokasi, kami harus melewati hutan dengan kondisi jalan berbatu dan berlubang. Tidak ada penerangan, hanya mengandalkan sorot lampu dari kendaraan yang kami tumpangi.
Kami disambut lima orang santri Paud Qur’an, Ustadz Asep Gustiana Nugraha, Uda Yusuf dan istrinya. Setelah hujan reda, kelima santri itu pulang.
Kami ngobrol dengan Uda Yusuf, relawan yang bersemangat mengajak kaum muhsisin membantu pondok pesantren, lembaga pendidikan Islam, atau yatim piatu yang membutuhkan bantuan.
“Terima kasih banyak jika dipercaya untuk menyalurkan bantuan dari kaum Muslimin, insya Allah saya siap membantu,” ujar Uda Yusuf.
Malam semakin larut, kami justru bertambah semangat untuk menggali kisah perjuangan Ustadz Asep, dalam merintis Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Mabdaussa’adah.
YPI Mabdaussa’adah didirikan pada tahun 2020. Tak mudah memang, perlu waktu, curahan pikiran dan tenaga. Kini, muridnya berjumlah 60 orang, mulai dari Paud Qur’an, MDTA hingga MI. Mereka belajar bergantian karena ruang kelasnya terbatas, dimulai pukul 07.00 hingga 17.00. Mereka diajar oleh dua orang guru yaitu Ustadz Asep dan istrinya.
Di teras depan tampak pemandangan yang memilukan. Ada rak-rak yang dipenuhi al-Qur’an dan buku Iqro’ yang sudah rusak dan tidak layak pakai.
Pengurus Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara InfoMalangRaya (YAWASH) kemudian mengganti dengan al-Qur’an dan buku Iqro’ yang baru, bahkan YAWASH pun memberi puluhan kerudung dan sarung dari para donatur maupun muhsinin.
“Terima kasih al-Qur’annya, kami senang mendapat al-Qur’an baru,” ungkap Rizal, (murid kelas 6 MI) dan Rian (murid kelas 6 MI) sambil tersenyum.
“Alhamdulillah, terima kasih buku Iqro’nya, Allahu Akbar,” ujar Kelpin (murid kelas 3 MI).
Ustadz Asep di depan para muridnya mengatakan bahwa semua orang mempunyai hak dan cita-cita yang sama meskipun berada di pelosok. “Kita punya hak dan cita-cita untuk maju dan sukses,” ujarnya.
Ia pun menyampaikan doa sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. “Semoga para donatur atau dermawan yang peduli kepada kita dimurahkan rezekinya, dipanjangkan umurnya dan berkah, bahagia di dunia dan akhirat, al-Fatihah,” ungkapnya.
Kebahagiaan juga dirasakan oleh santri di Pesantren Nurul Falah Bani Surya. Pesantren yang didirikan tahun 2002 ini berokasi di Desa Waringinjaya, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang. “Jazakallah khairan katsira atas perhatian dan pemberian al-Qur’an juga sarungnya, semoga para muhsinin yang peduli mendapat pahala yang terus mengalir dari Allah SWT,” ucap Ustadz Muhammad Badrudin, lulusan pesantren di Cibitung ini.
Menurut M Azmi, di pelosok negeri ini masih banyak yang membutuhkan al-Qur’an, buku Iqro’, sarung, jilbab, dan sarana ibadah lainnya. “Oleh karena itu, yuk, kita bantu mereka,” ajak sekretaris YAWASH ini.*