InfoMalangRaya.com | AKTIVIS KITA (Komite Indonesia untuk Palestina), Ustaz Dzikrullah W. Pramudya, mengingatkan umat Islam agar terus menjadikan Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha sebagai perhatian utama dalam doa, kepedulian, dan perjuangan. Hal itu ia sampaikan dalam kuliah tamu di Ma’had Aly Darus Syahadah, Jawa Tengah, baru-baru ini.
Menurut Dzikrullah, keterikatan umat Islam dengan Baitul Maqdis bukan semata karena isu politik atau viralnya pemberitaan di media sosial, tetapi merupakan ikatan iman yang langsung diajarkan Al-Qur’an. “Lebih dari dua pertiga isi Al-Qur’an berhubungan dengan Baitul Maqdis. Surah-surah besar, mulai Al-Baqarah, Ali Imran, hingga peristiwa Isra Mikraj, semuanya menunjuk ke sana,” ujarnya.
Ia menegaskan, seorang muslim yang setiap hari berinteraksi dengan Al-Qur’an, baik membaca maupun menghafal, pasti secara alami hatinya akan terpaut pada Baitul Maqdis. “Ahlul Qur’an tidak perlu menunggu Palestina trending di media sosial untuk peduli. Mereka setiap hari merindukan bebasnya Masjidil Aqsha,” kata Dzikrullah.
Masjidil Aqsha dalam Sejarah
Dalam pemaparannya, Dzikrullah menjelaskan bahwa Masjidil Aqsha telah beberapa kali mengalami penjajahan sepanjang sejarah. Pertama, pada masa Bani Israil di bawah kepemimpinan Nabi Musa AS, saat Allah memerintahkan mereka berjihad membebaskan tanah suci. Kedua, ketika kawasan Syam jatuh ke tangan Romawi Kristen hingga akhirnya dibebaskan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Penjajahan ketiga terjadi pada masa Perang Salib, ketika Yerusalem dikuasai pasukan salib selama 88 tahun hingga dibebaskan oleh Shalahuddin al-Ayyubi pada 1187 M. Adapun penjajahan keempat berlangsung sejak 1917 ketika Inggris memasuki Yerusalem, yang kemudian berlanjut pada pendudukan Zionis Israel.
“Sejarah itu jelas sekali memberikan pelajaran. Masjidil Aqsha tidak pernah bisa dibebaskan kecuali dengan jihad fisabilillah. Diplomasi atau konferensi tidak pernah menyelesaikan masalah. Ini blueprint yang ditunjukkan Al-Qur’an,” tegas Dzikrullah.
Pentingnya Kesadaran Umat
Dzikrullah menilai, perhatian umat Islam terhadap Palestina sering kali bersifat reaktif. Ramai ketika terjadi pembantaian, namun meredup kembali setelah berita mereda. Padahal, kata dia, ikatan dengan Masjidil Aqsha harus terus dipelihara.
“Ketika Allah bersumpah dalam Surah At-Tin dengan buah tin dan zaitun, itu bukan sumpah biasa. Para mufasir sepakat, itu adalah cara Allah menarik perhatian Rasulullah dan umatnya agar selalu mengingat Baitul Maqdis,” jelasnya.
Ia juga menyinggung bahwa surah-surah Makkiyah yang turun pada masa awal dakwah justru sudah menyiapkan umat untuk peduli pada Aqsha, meski saat itu kaum muslim masih tertindas di Makkah. “Jadi, sejak tahun kelima kenabian, tarbiyah tentang Masjidil Aqsha sudah ditanamkan. Ini yang disebut tarbiyah maqdisiyah,” katanya.
Relevansi untuk Umat Islam Kini
Dzikrullah, yang juga dikenal sebagai wartawan senior, mengaku semakin mendalami isu Palestina ia semakin yakin bahwa sumber informasi paling valid adalah Al-Qur’an. “Tidak ada berita yang lebih penting daripada berita dari Allah. Semakin membaca media tentang Palestina kita semakin bingung, tapi kalau membaca Al-Qur’an, peta sejarah dan masa depan Aqsha jelas sekali,” ujarnya.
Ia menekankan, generasi muda muslim harus dididik agar memiliki wawasan Qur’ani tentang Baitul Maqdis. Hal ini, menurutnya, penting agar kepedulian tidak berhenti hanya di level emosional, melainkan berlanjut pada kontribusi nyata, baik berupa doa, edukasi, maupun perjuangan di berbagai bidang.
“Umat Islam yang menjaga shalatnya lima waktu sudah terikat dengan Masjidil Aqsha, karena shalat adalah hadiah dari Isra Mikraj. Jadi, siapa pun yang sadar dengan shalatnya, otomatis dia sadar dengan Aqsha,” tegasnya.
Teladan dari Gaza
Dalam ceramahnya, Dzikrullah juga menyinggung kisah-kisah ulama Palestina yang gugur syahid. Ia menceritakan tentang Syekh Nizar Rayyan, seorang ahli hadis di Gaza, yang berdoa agar disyahidkan bersama keluarganya. Doa itu terkabul ketika rumahnya dibom Israel pada 2009.
“Kisah seperti ini seharusnya menggugah kita. Mereka yang punya ilmu tinggi saja rela maju berperang. Maka umat di luar Palestina minimal jangan pernah berhenti mendoakan, mendukung, dan terus menyuarakan pembebasan Baitul Maqdis,” kata Dzikrullah.
Enam Hal untuk Baitul Maqdis
Di akhir kuliah, Dzikrullah merangkum bahwa ada enam hal utama yang bisa dilakukan umat Islam untuk Baitul Maqdis:
Menjaga keterikatan iman dengan Aqsha melalui interaksi intens dengan Al-Qur’an.
Memahami sejarah dan petunjuk Qur’an tentang kedudukan Aqsha.
Menyadari jalan pembebasan hakiki adalah jihad fisabilillah, sebagaimana tuntunan Al-Qur’an.
Terus berdoa dengan istiqamah agar Allah memberi jalan kemerdekaan bagi Aqsha.
Berkontribusi sesuai kapasitas, baik dengan menulis, mendidik generasi, mendukung secara moral maupun materi.
Menjadikan shalat sebagai ikatan spiritual dengan Aqsha, karena shalat adalah hadiah Isra Mikraj yang berawal dari Masjidil Aqsha.*