Surabaya (IMR) – Erin Ramadayanti, pemenang Lomba Pidato Dialektika Wajah Sang Proklamator, kembali menarik perhatian publik. Kali ini bukan dari podium pidato, melainkan lewat buku puisinya yang diberi judul Sepotong Hati.
Momen spesial itu semakin bermakna ketika Erin menyerahkan langsung karyanya kepada Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Deni Wicaksono. Dia menyebut buku ini sebagai simbol perjalanan seorang anak muda yang belajar berani menuliskan isi hati sekaligus merawat kecintaan pada sastra.
“Sekitar 80 persen puisi saya tulis saat liburan semester 1. Saya ingin waktu liburan tetap produktif sekaligus menantang diri sendiri menerbitkan minimal satu buku sebelum guru pembimbing saya pensiun November 2025,” kata Erin usai memberikan buku kepada Deni, ditulis, Senin (1/9/2025).
Erin menyebut dorongan dari guru dan pengalaman di lomba pidato Bung Karno sangat berperan dalam lahirnya karya ini.
“Beliau banyak membimbing saya, tidak hanya dalam menulis, tetapi juga dalam ilmu-ilmu yang berguna ketika saya mengikuti kompetisi pidato Bung Karno beberapa waktu lalu,” jelasnya.
Sepotong Hati berisi 50 puisi, dengan lima karya utama yang menuturkan perjalanan cinta: dari nyala penuh janji hingga kehampaan. Bahasa yang sederhana membuat setiap baitnya terasa dekat bagi pembaca.
“Saya menuliskan apa yang saya rasakan, kemudian saya kembangkan dengan daya khayal agar bisa menyentuh pembaca,” ujar Erin.
Buku ini diterbitkan melalui Harasi Publisher. Setelah rampung, dia pun mencoba memperkenalkan karyanya lewat media sosial dan komunitas sastra.
“Tidak semua orang adalah penikmat sastra. Tapi saya tetap berusaha, misalnya dengan memanfaatkan Instagram untuk membagikan puisi sekaligus menyediakan link pemesanan buku. Saya juga mengirimkan pamflet ke berbagai grup WhatsApp sebagai langkah awal promosi,” tuturnya.
Dalam kesempatan menerima buku tersebut, Deni Wicaksono menyampaikan apresiasi terhadap langkah Erin. Menurutnya, karya anak muda harus mendapat ruang karena mampu menjadi inspirasi bagi generasi lain.
“Luar biasa sekali karya ini. Anak-anak muda seperti Erin bukan hanya berprestasi di podium, tetapi juga bisa menuangkan gagasan dalam bentuk sastra. Buku ini membuktikan bahwa kreativitas generasi muda patut kita dukung bersama,” ujar Deni.
Erin sendiri memberi filosofi tersendiri pada judul bukunya. Baginya, hati sebaiknya diberikan secukupnya agar tetap ada ruang untuk bertahan ketika terluka.
“Bagi saya, memberi hati itu secukupnya saja. Supaya ketika hati itu patah, hancur, atau dibuang, kita masih punya bagian hati yang lebih besar untuk tetap menjalani hidup,” katanya.
Harapannya sederhana: Sepotong Hati bisa menjadi teman bagi pembaca yang sedang menghadapi luka, cinta, dan rindu. Sekaligus, menjadi ruang refleksi bagi siapa pun untuk menemukan kejujuran melalui tulisan.
“Saya berharap setelah membaca Sepotong Hati, pembaca merasa bahwa mereka tidak sendiri. Selain itu, saya ingin buku ini menumbuhkan kecintaan pada sastra, khususnya puisi, sebagai salah satu bentuk literasi,” pungkas Erin. [asg/ian]