Surabaya (IMR) – Ajang Falling Walls Lab Indonesia 2025 resmi digelar kembali di Surabaya dengan semangat membara dan ide-ide segar dari generasi muda. Kompetisi ilmiah berskala internasional ini kembali menghadirkan 24 finalis terbaik dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh, Jakarta, Surabaya, hingga Banjarmasin, yang beradu gagasan lintas disiplin dalam waktu hanya tiga menit.
Diselenggarakan di Petra Performance Hall, Petra Christian University (PCU) Surabaya pada Jumat (22/8/2025), Falling Walls Lab (FWL) Indonesia tahun ini menjadi momentum penting bagi para inovator muda untuk melatih kejelasan berpikir sekaligus mengasah kemampuan komunikasi ilmiah. Setiap finalis ditantang memaparkan ide “menerobos batas” untuk menjawab tantangan masa depan di hadapan dewan juri nasional dan internasional.
Dari puluhan presentasi inspiratif, Fadhilah Trya Wulandari berhasil menyabet juara pertama melalui proyek bertajuk Breaking the Wall of Climate Injustice for People with Disabilities. Ide tersebut dinilai memiliki orisinalitas tinggi sekaligus menawarkan solusi nyata bagi kelompok rentan, khususnya penyandang disabilitas yang terdampak langsung oleh krisis iklim.
Dengan kemenangan itu, Fadhilah akan menjadi wakil Indonesia di Falling Walls Lab Global Finale yang digelar di Berlin, Jerman, pada 6 November 2025. Ia akan bersaing dengan inovator muda dari seluruh dunia dalam ajang yang menjadi bagian dari perayaan Hari Sains Internasional.
Posisi juara kedua diraih Alfred Susanto lewat ide Breaking the Wall of Unrecyclable Plastics, yang menyoroti pentingnya inovasi teknologi daur ulang demi keberlanjutan lingkungan hidup. Sementara itu, Resda Syahrani menempati juara ketiga dengan Breaking the Wall of Breast Cancer Treatment, sebuah konsep kreatif yang memadukan dedikasi terhadap riset kesehatan dengan potensi pemanfaatan teknologi.
Rektor PCU, Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng., menyatakan bahwa kepercayaan sebagai tuan rumah FWL Indonesia untuk kedua kalinya merupakan kehormatan sekaligus bukti komitmen kampus dalam menyiapkan lulusan dengan future skills. “Kegiatan ini menegaskan pentingnya kemampuan komunikasi untuk menyampaikan ide kompleks secara singkat dan jelas,” ujarnya.
Dukungan penuh juga datang dari Kementerian Luar Negeri Republik Federal Jerman dan DAAD Regional Office Jakarta. Direktur DAAD Jakarta, Dr. Guido Schnieders, mengapresiasi kolaborasi erat antara DAAD dan PCU dalam mendorong kepemimpinan muda berbasis sains. “Kolaborasi ini menunjukkan dedikasi untuk mendorong kepemimpinan muda serta membuktikan bahwa pemikiran visioner bisa melampaui batas,” ungkap Guido.
FWL Indonesia 2025 melibatkan juri lintas institusi, baik dari Jerman maupun Indonesia, termasuk perwakilan dari Universitas Petra, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Airlangga. Penilaian kompetisi berfokus pada tiga aspek utama: kebaruan ide, dampak positif terhadap masyarakat, serta kualitas penyampaian presentasi.
Dari ratusan pendaftar dari seluruh Indonesia, hanya 24 finalis yang terpilih untuk tampil di panggung nasional. Setiap ide yang dipresentasikan bukan sekadar gagasan, tetapi solusi transformatif yang diharapkan mampu memberi dampak nyata bagi masyarakat luas dan bahkan dunia.
Kompetisi ini menegaskan bahwa semangat “menerobos batas” bukan hanya slogan, tetapi wujud nyata dedikasi generasi muda Indonesia dalam menjawab tantangan global dengan keberanian, kecerdasan, dan empati sosial. [fyi/beq]