Penutupan Flobamora Film Festival 2025: Apresiasi dan Penghargaan untuk Karya-Karya Film NTT
Malam penghargaan bagi para pemenang Flobamora Film Festival menjadi momen penutup dari rangkaian acara yang berlangsung selama empat hari, yaitu tanggal 5 hingga 9 Agustus 2025. Acara ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi terhadap karya-karya film kreatif dari Nusa Tenggara Timur (NTT), tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat ekosistem perfilman di wilayah tersebut.
Selama empat hari, Flobamora Film Festival menyajikan berbagai film karya anak-anak NTT yang diputar secara langsung. Di samping itu, ada pula kegiatan talkshow yang memberikan wawasan mendalam tentang dunia perfilman, serta diskusi antara praktisi dan pelaku film dari berbagai daerah.
Hadirnya Tokoh-Tokoh Penting dalam Acara Penutup
Dalam acara penutupan, hadir beberapa tokoh penting yang memberikan dukungan dan apresiasi terhadap penyelenggaraan Flobamora Film Festival. Mereka termasuk perwakilan dari Direktorat Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, yaitu Judi Wahjudin. Selain itu, turut hadir perwakilan Manajemen Talenta Nasional, Komite Komunitas Film Kupang, Direktur Flobamora Film Festival, Yedida Letedara, para mentor KFK Film Lab, juri kompetisi film NTT dan kompetisi film pelajar, serta para praktisi filmmaker dari tingkat nasional maupun daerah.
Judi Wahjudin, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan Flobamora Film Festival yang telah berjalan selama empat tahun. Menurutnya, festival ini merupakan investasi yang sangat berarti dan menunjukkan kerja keras yang bertahap selama empat tahun terakhir.
Ia juga menekankan bahwa penguatan ekosistem budaya harus dilakukan dari bawah, bukan dari atas. Ia merasa senang karena kegiatan ini dilakukan dengan prinsip gotong royong, yang mencerminkan semangat kebudayaan yang sejati.
“Semoga Flobamora Film Festival bisa menjadi ikon budaya di wilayah Kupang dan sekitarnya,” ujarnya.
Potensi Besar Film NTT di Tingkat Nasional dan Internasional
Judi Wahjudin juga mengungkapkan bahwa film-film yang berkisah tentang Nusa Tenggara Timur telah menunjukkan perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa karya seperti Atambua 39 Derajat Celcius atau Women from Rote Island tidak hanya muncul di tingkat nasional, tetapi juga berhasil menjadi wajah Indonesia di kancah internasional.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa NTT memiliki potensi besar dalam bidang perfilman. Namun, ia menegaskan bahwa potensi saja tidak cukup. Dibutuhkan adanya instrumen-instrumen kebudayaan yang mendukung agar potensi tersebut dapat berkembang lebih jauh.
Kompetisi Film yang Berlangsung Sengit
Flobamora Film Festival 2025 menyelenggarakan tiga kompetisi utama, yaitu:
- Kompetisi Film Pelajar
- Kompetisi Film NTT Genre Dokumenter
- Kompetisi Film NTT Genre Fiksi
Dari kompetisi film pelajar, juara pertama diraih oleh Yohanes Juan Bimo Elu dengan judul film Orientasi dari Kefamenanu. Sementara itu, untuk kompetisi film NTT genre dokumenter, kemenangan diraih oleh Yosep Levi dengan karya SIE dari Maumere. Di sisi lain, untuk kompetisi film NTT genre fiksi, Andra Abdillah Ziqri Rusydi sukses meraih juara dengan film Kapala Batu dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana Kupang.
Kesimpulan
Flobamora Film Festival 2025 membuktikan bahwa NTT memiliki potensi besar dalam dunia perfilman. Melalui berbagai kompetisi dan kegiatan yang diselenggarakan, festival ini tidak hanya memberikan wadah bagi kreator lokal, tetapi juga menjadi langkah penting dalam membangun ekosistem perfilman yang lebih kuat dan berkelanjutan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Flobamora Film Festival diharapkan bisa terus berkembang dan menjadi salah satu ikon budaya yang mewakili NTT di tingkat nasional maupun internasional.







