Jakarta (IMR) – Fokus pelaku pasar modal diperkirakan akan bergeser dari sentimen geopolitik ke prospek suku bunga dan kebijakan tarif dalam waktu dekat. Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, menilai kondisi ini membuka peluang bagi sektor perbankan dan properti untuk menjadi primadona baru menggantikan dominasi sektor komoditas.
“Secara garis besar sentimen dalam sepekan terakhir mulai dari aksi gencatan senjata hingga prospek pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dapat menjadi sentimen positif untuk IHSG. Saya menilai bahwa saat ini fokus para pelaku pasar akan mulai beralih dari ketegangan di Timur Tengah kepada prospek pemangkasan suku bunga dan kebijakan tarif, mengingat pada tanggal 09 Juli 2025 merupakan tenggat penundaan penerapan kebijakan tarif oleh Amerika Serikat,” jelas Indri.
Sepekan terakhir, IHSG tercatat bergerak konsolidasi dan ditutup melemah tipis 0,14 persen ke level 6.897, di tengah aksi jual asing yang mencapai Rp2,4 triliun di pasar reguler. Dari seluruh sektor, hanya lima sektor yang menguat, dengan sektor healthcare menjadi penopang utama lewat kenaikan 1,46 persen. Sementara itu, sektor energi justru menjadi pemberat terbesar dengan pelemahan 4,17 persen.
Menurut Indri, sentimen gencatan senjata antara Iran dan Israel turut membuat harga minyak dunia anjlok lebih dari 10 persen dalam sepekan terakhir. “Dengan adanya gencatan senjata yang terjadi antara Iran dan Israel membuat harga komoditas minyak anjlok lebih dari 10% dalam sepekan karena meredanya kekhawatiran terjadinya gangguan supply minyak dunia mengingat Iran merupakan negara ke-3 penghasil minyak terbesar dalam organisasi OPEC dan memiliki kuasa penuh pada selat Hormuz sebagai jalur arteri perdagangan minyak dunia termasuk pengiriman ke Eropa,” papar Indri.
Di sisi lain, sejumlah data dan pernyataan bank sentral Amerika Serikat juga turut memengaruhi arah pasar. Wakil Ketua The Fed Michelle Bowman menyebut sudah saatnya mempertimbangkan penyesuaian suku bunga karena risiko terhadap pasar kerja dinilai lebih besar daripada kekhawatiran inflasi terkait tarif. Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga dikabarkan mempertimbangkan mengganti Ketua The Fed Jerome Powell pada September atau Oktober mendatang lantaran dinilai tidak agresif memangkas suku bunga.
Pelaku pasar pun mulai berspekulasi bahwa pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin dekat. Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, sebanyak 21 persen memperkirakan pemangkasan akan terjadi pada Juli, sedangkan 75 persen menilai pemangkasan baru terjadi pada September. Kondisi ini membuat investor mulai meninggalkan saham-saham komoditas, termasuk sektor energi.
Indri mengatakan peluang ini justru dapat dimanfaatkan oleh sektor perbankan dan properti yang sensitif terhadap suku bunga. “Para pelaku pasar berpotensi mengambil sikap hati-hati sembari menunggu aliran dana asing kembali masuk ke pasar Indonesia. Namun mengingat kondisi saat ini, saya melihat fokus pelaku pasar akan mulai mengarah dari sektor komoditas ke sektor perbankan dan properti,” ujarnya. Berdasarkan analisis teknikal IPOT, IHSG pada pekan ini (30 Juni-4 Juli 2025) berpotensi bergerak konsolidasi dalam rentang support 6.740 dan resistance 7.060.
Sejumlah sentimen penting yang perlu dicermati pekan ini antara lain data Indeks NBS Manufacturing PMI China Juni yang diperkirakan melemah ke 49,5, ISM Manufacturing PMI AS naik terbatas ke 48,8, data Non Farm Payrolls AS melemah ke 129 ribu, serta S&P Global Composite PMI Final AS turun ke 52,8. Dari domestik, S&P Global Manufacturing PMI Indonesia Juni diprediksi naik ke 48,5, neraca perdagangan Mei tumbuh ke US$1 miliar, dan inflasi Juni naik ke 2,4 persen.
Menyikapi potensi pergeseran fokus investor ini, IPOT juga memberikan sejumlah rekomendasi. Untuk sektor properti disarankan buy CTRA pada harga 955 dengan target 1.015 dan stop loss di 920. Pada sektor logistik disarankan buy on pullback ASSA di rentang 705-720 dengan target 780. Sementara saham AMMN disarankan buy di 8.525 dengan target 9.250. Untuk investor yang mencari instrumen lebih aman di tengah prospek penurunan suku bunga, IPOT merekomendasikan Obligasi FR0097 dengan kupon 7,125 persen dan yield hingga jatuh tempo 6,9 persen. [beq]