InfoMalangRaya, Indonesia – Tak sia-sia manajemen Olympique Marseille melakukan pergantian pelatih pada 20 Februari lalu. Mereka mendepak Gennaro Gattuso dan mendatangkan Jean-Louis Gasset. Hasilnya, Les Phoceens bergeliat dengan memetik 3 kemenangan beruntun bersama sang pelatih baru.
Minggu (3/3/2024) dini hari WIB, Marseille membukukan kemenangan 5-1 atas juru kunci klasemen sementara Ligue 1 2023-24, Clermont Foot 63. Iliman Ndiaye, Pierre-Emerick Aubameyang, Jonathan Clauss, Luis Henrique, dan Faris Pemi Moumbagna bergiliran menjebol gawang tuan rumah. Adapun satu-satunya gol lawan dicetak Bilal Boutobba.
Berkat kemenangan itu, Aubameyang dkk. dipastikan naik dari peringkat ke-9 yang dihuni dalam 2 pekan terakhir. Saat ini, mereka berada di posisi ke-6 dengan 36 poin. Namun, posisi itu masih bisa tergeser lagi oleh Racing Lens dan Stade Rennes yang balum memainkan laga pekan ke-24 Ligue 1.
Isi Artikel
Jean-Louis Gasset Merendah
Kemenangan di kandang Clermont meneruskan kiprah apik Olympique Marseille sejak ditangani Jean-Louis Gasset. Grafiknya pun kian meningkat. Sebelumnya, mereka menang 3-1 atas Shakhtar Donetsk pada leg II play off Liga Europa, lalu, menggasak Montpellier HSC dengan skor 4-1.
Sudah barang tentu, kesuksesan tersebut tak terlepas dari tangan dingin Gasset. Sejak kedatangannya, motivasi para pemain Marseille terdongkrak. Mereka pun tampil apik di lapangan. Performa para pemain meningkat dan mampu mengeluarkan potensi yang sesungguhnya.
Meskipun demikian, Gasset tak mau menepuk dada. “Saya tak percaya pada Efek Gasset. Saya hanya yakin tim jadi makin waspada. Ya, tentu saja pidato saya mempengaruhi mereka karena memang seharusnya begitu,” kata dia setelah kemenangan atas Shakhtar seperti dikutip InfoMalangRaya dari BeIN Sports.
Dia menambahkan, “Ketika hanya berada 48 jam di posisi ini, saya melihat video-video untuk memahami apa yang terjadi pada laga-laga sebelumnya, coba mencari sistem terbaik untuk tim. Jadi, Anda tak bisa datang, lalu merevolusi semuanya dan ingin mengubah semuanya daru atas ke bawah.”
Resep Bangkitkan Olympique Marseille
Dari analisis awal itu, Jean-Louis Gasset tahu persis hal yang dibutuhkan Olympique Marseille. Dia pun lantas menemukan satu resep utama: menyederhanakan segala sesuatunya. Dia tahu persis, dalam kondisi tim yang terpuruk, dirinya tak boleh mempersulit para pemain.
“Kami harus menemukan formula yang cocok untuk para pemain saat ini. Kami tak ingin mempersulit keadaan,” kata Gasset setelah kemenangan atas Montpellier di laman resmi Ligue 1. Dia secara khusus menekankan satu hal, yaitu memperbaiki psike para pemain. Mendongkrak motivasi jadi fokus utamanya.
“Mereka berada pada titik terendah. Jadi, itu tidaklah sulit. Saya punya sedikit pengalaman bicara kepada para pemain. Saya punya beberapa anekdot. Sepanjang masih hidup, selalu ada harapan. Saya harus membuat mereka mengerti hal itu. Lalu, terserah mereka bagaimana mereaksi hal ini. Saya datang untuk membantu mereka,” tambah dia.
Soal teknis, pelatih berumur 70 tahun itu juga menyadarkan potensi besar para penyerang yang ada. Hasilnya, mereka mendulang 12 gol dalam 3 pertandingan alias rata-rata 4 gol per laga. Patut dicatat, 9 dari 12 gol itu dilesakkan oleh para pemain depan. Pierre-Emerick Aubameyang jadi yang tersubur dengan torehan 4 gol.
Tak Terpaku Sistem
Motivasi, kemauan bekerja keras, dan kesadaran terhadap potensi diri jadi hal-hal yang paling utama bagi Jean-Louis Gasset. Dalam pandangannya, sistem permainan dan filosofi sepak bola yang diterapkannya bukanlah faktor utama yang mendongkrak permainan Olympique Marseille saat ini. Hal itu diungkapkan setelah partai lawan Clermont.
“Para pemain adalah aktor utama. Mereka tahu bahwa mereka harus meningkatkan level tim ketika mereka bermain. Kami butuh semua orang dan mereka akan terlibat karena kami harus bermain setiap 3 hari belakangan ini,” ucap pelatih yang juga sempat menangani Saint-Etienne, musuh besar Marseille seperti dikutip L’Equipe.
Dia lebih jauh mengungkapkan, “Para pemain mampu bermain dalam semua sistem. Mereka tahu cara bermain dengan empat pemain belakang atau lima pemain belakang. Cedera, sanksi, dan kecepatan permainan berarti kami harus sering mengubah sistem karena pemain-pemain tertentu sulit digantikan.”
Hal lain yang tak henti ditekankan Gasset kepada para pemain Olympique Marseille adalah tak berpuas diri dan selalu belajar. Bahkan setelah Les Phoceens meraup 3 kemenangan beruntun, dia berkata, “Kami harus terus membenahi diri karena tak semuanya sempurna. Sepak bola itu rapuh. Segalanya bisa berubah karena kesalahan kecil.”
Pembuktian Diri Gasset
Satu hal menarik, berkat kemenangan pada 3 laga awalnya, Jean-Louis Gasset membuat catatan istimewa. Dia menjadi pelatih Marseille pertama yang membukukan 3 kemenangan pada awal kiprahnya sejak Otto Gloria meraup 5 kemenangan beruntun pada awal kiprahnya menangani Les Phoceens pada 1962.
Bagi Gasset, secara pribadi, itu adalah jawaban awal kepada pihak-pihak yang meragukan kemampuannya membangkitkan Marseille. Saat dia ditunjuk menjadi pengganti Gennaro Gattuso, beberapa pihak memang meremehkannya. Julien Laurens dari TNT Sports bahkan menyebut dia akan jadi bencana karena latar belakang dan rekam jejaknya.
Laurens menilai Gasset hanya akan menambah perkara karena statusnya sebagai eks pelatih St-Etienne bisa jadi masalah di mata para suporter Marseille. Lalu, dia juga mengingatkan, pelatih ini baru saja dipermalukan Asosiasi Sepak Bola Pantai Gading dengan dipecat di tengah-tengah gelaran Piala Afrika, Januari lalu.
Kini, dengan 3 kemenangan awal yang diraihnya, Gasset bisa mulai menyunggingkan senyum. Namun, itu tentu saja belum cukup. Dia harus membuktikan tangan dinginnya saat Les Phoceens menghadapi lawan-lawan lebih tangguh. Maklum saja, Montpellier dan Clermont yang dibantai pada 2 laga terakhir hanyalah klub papan bawah.