Surabaya (IMR)- GenZ disebut sebagai salah satu generasi yang paling mahir untuk meraup keuntungan dari dunia digital. Mulai dari berjualan foto, mengisi survei online, menjadi social media spesialis, hingga editor foto dan video secara digital.
GenZ tidak pernah kehilangan akal untuk menawarkan kemampuannya untuk mencari uang di ruang digital. Salah satu cara yang saat ini menjadi trend adalah menjadi teman jalan atau main dari orang yang tidak dikenal.
GenZ merupakan generasi yang lahir diantara tahun 1997-2012. Generasi ini disebut sebagai generasi yang paling beragam karena lahir di era Wi-Fi, Google, dan media social. Sejumlah penelitian ilmiah memberi label GenZ adalah penduduk asli digital sejati. Hal itu berdasarkan karena semua yang dilakukan GenZ dibantu oleh perkembangan teknologi.
Dalam jurnal penelitian Accounting Student Research Journal, GenZ cenderung fokus kepada pekerjaan dan memiliki pendapatan sendiri. Karena hidup di era media social, mereka cenderung bosan dengan rutinitas pekerjaan konservatif. Mereka lebih suka bekerja mandiri di dunia digital. Hal ini membuat GenZ dianggap jarang bersosialisasi secara fisik.
Namun, ada trend pekerjaan baru yang saat ini sedang berkembang di media social. Pekerjaan itu adalah menemani orang yang tidak mereka kenal sebelumnya untuk jalan-jalan, nongkrong, dan berswafoto. Pekerjaan ini menepis anggapan bahwa GenZ kurang memiliki skill bersosialisasi secara fisik dengan orang baru.
Salah satu GenZ yang menjalani profesi unik ini adalah Rofika Inrawati. Ia adalah perempuan asal Sulawesi Tengah yang merantau ke Jawa Timur pada tahun 2013 tepatnya ke Kota Banyuwangi. Selama 3 tahun ia menempuh pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ia sempat pulang ke kampung halaman. Namun demi pendidikan, ia kembali ke Jawa Timur untuk melanjutkan studi sarjana. Kini, ia sudah bersuami dan menetap di salah satu kawasan Surabaya Barat.
Fika menceritakan mulanya ia berkuliah di Universitas Surabaya (Ubaya) jurusan Pariwisata. Padahal sebelumnya ia menempuh pendidikan perawat saat berada di bangku SMK.
“Aku karena suka jalan-jalan dan eskplor hal baru, makanya ambil jurusan Pariwisata. Selain itu, aku juga mikir kan lulusan Kesehatan di Indonesia banyak banget jadi memilih ambil (kuliah) yang lain,” kata Fika mengawali pembicaraan, Rabu (9/10/2025).
Setelah lulus Fika lantas bekerja di sebuah perusahaan di Surabaya Barat. Latar belakang ilmu pariwisata yang ditempuh di bangku kuliah, skill fotografi yang ia pelajari dan hoby jalan-jalan lantas membuat dia berpikir untuk mencari uang tambahan. Ia lantas iseng-iseng membuat akun TikTok menawarkan jasa menemani jalan-jalan bagi orang baru di Surabaya. Ia lantas Menyusun peraturan dan tarif bagi para klien.
Rencana iseng itu ternyata mendapat respon positif. Ia mendapatkan klien dari berbagai latar belakang. Ada yang sedang liburan di Surabaya, Mahasiswa luar pulau yang baru menginjak Surabaya, hingga para GenZ yang kesepian.
“Aku hanya melayani jika kliennya juga cewek. Lalu kalua yang gak tahu tentang Surabaya aku akan kasih rekomendasi tempat yang dikunjungi dan juga aku kasih layanan tambahan untuk foto dan video sepuasnya,” imbuh Fika.
Fika hanya bersedia melayani klien pada hari Sabtu dan Minggu agar tidak mengganggu pekerjaan utamanya. Ia memberikan paket layanan mulai dari 3 jam sampai seharian penuh. Dari menemani orang yang tidak dikenal jalan-jalan, Fika bisa memperoleh pendapatan hampir setara dengan UMK Surabaya dalam sebulan.
“Mungkin karena hobby, dalam 3 bulan aku jadi membuka layanan jasa ini aku gaada kesulitan atau momen duka sih. Semua kulakukan dengan senang. Enaknya kan nambah teman dan relasi baru. Banyak klien ku yang saat ini jadi temanku,” tuturnya.
Walaupun tidak ada cerita duka, Fika tak menampik adanya klien yang unik. Ia pernah diminta oleh seorang ibu-ibu di Surabaya untuk mengantar hingga menemani lahiran. Ia juga pernah harus menenangkan kliennya yang menangis di depan umum karena masalah hidup. Ia mengakui bahwa dalam pekerjaan ini, skill yang paling sering digunakan adalah memahami, mengerti dan memvalidasi perasaan orang lain.
“Banyak juga yang cerita masalah hidupnya. Ya kalo aku biasanya aku dengerin aja. Karena kan kebanyakan mereka itu hanya perlu didengarkan tanpa dijudge,” ucapnya.
Dari profesi unik ini, Fika bahkan pernah diajak kliennya untuk pergi ke luar negeri. Saat itu, Fika diajak oleh kliennya untuk pergi ke Vietnam dengan tujuan operasi. Namun, Fika menolak tawaran itu. Ia merasa takut karena belum pernah sekalipun meninggalkan Indonesia. Selain itu, ada ketakutan atas maraknya kejahatan Tindak Pidana Penjualan Orang (TPPO).
“Sempat ada yang ngajak untuk nemenin operasi di Vietnam. Tapi sebelum ke Vietnam diajak ke Thailand. Karena saya belum berpengalaman ke luar negri, saya tolak. Soalnya menurut saya ada yang mencurigakan,” terang Fika.
Selain menghasilkan uang yang cukup besar, profesi ini menawarkan kebebasan waktu. Sebagai perempuan bersuami dan bekerja, Fika tetap bisa melaksanakan kewajiban dengan baik. Sehingga, tidak mengganggu perannya sebagai istri saat berada di rumah.
“Kalau pas kosong baru ambil. Kalau pas capek, atau ga mood ya mending gausah. Pinter-pinternya kita aja ngatur waktu,” terang Fika.
Walaupun terlihat mudah dan menyenangkan, Fika menghimbau untuk tetap menjaga keselamatan pribadi kepada para GenZ yang tertarik menawarkan jasa yang sama. Selain itu, wawasan tentang tempat wisata, cafe dan kemampuan untuk mendengar menjadi hal penting yang harus dikuasai.
“Yang terpenting keselamatan. Bebas sih mau menerima klien lawan jenis atau enggak. Tapi kalau aku, ga mau menerima klien cowok. Jadi di awal sudah ku pastikan klienku cewek,” pungkas Fika.
Profesi menemani orang yang tidak dikenal untuk bepergian ini bisa dengan mudah ditemukan di media sosial TikTok. Penelusuran Beritajatim hampir di seluruh kota Jawa Timur, ada GenZ yang menawarkan jasa serupa. [ang/aje]