InfoMalangRaya.com– Beragam masalah kehidupan seperti tekanan finansial, tanggung jawab untuk merawat anggota keluarga, stres berkaitan dengan karir dan pekerjaan, termasuk di antara alasan mengapa banyak warga Singapura berusia 30-an tahun berkeinginan untuk bunuh diri.
Berdasarkan data sementara yang dirilis pada 19 Juli, bunuh diri di kalangan warga berusia 30-an naik menjadi 75 di tahun 2024, dari 66 di tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di kalangan semua kelompok umur, lapor Channel News Asia hari Jumat (25/7/2025).
Samaritans of Singapore (SOS) mengatakan orang di kelompok usia kerap menghadapi tekanan kompleks, termasuk masalah keluarga, kesehatan mental serta masalah di tempat kerja.
Dr Sharon Lu, kepala psikolog klinis di Institute of Mental Health (IMH), menegaskan bahwa bunuh diri jarang sekali disebabkan oleh hanya satu penyebab. Dorongan bunuh diri merupakan akibat gabungan dari masalah biologis, psikologis, sosial serta budaya, ditambah dengan faktor kurangnya ketahanan diri.
“Sering kali diasumsikan bahwa depresi sebagai penyebab semua bunuh diri, tetapi bunuh diri sesungguhnya kerap disebabkan gabungan dari banyak faktor dan keadaan dalam kehidupan,” paparnya.
“Depresi bisa menjadi salah satu dari penyebab tekanan yang dihadapi seseorang, tetapi orang yang tidak depresi bisa juga berkeinginan bunuh diri,” imbuhnya.
Mereka yang berusia 30-an tahun kerap digambar sebagai “generasi sandwich” – yang harus membesarkan anak, merawat orang tua, menghadapi tuntutan pekerjaan dan memiliki tanggung jawab finansial sekaligus.
Dr Lu mengatakan tanggung jawab bertumpuk-tumpuk seperti itu dapat menggerogoti kesehatan mental seseorang, terutama ketika masalah-masalah tersebut bertemu dengan ekspektasi sosial.
Dr David Teo, psikiater dan wakil direktur medis di Connections MindHealth, sebagian orang kemungkinan harus mengatasi perasaan kecewa dalam hidup.
“Cita-cita dan mimpi dari masa usia 20-an yang belum terpenuhi bisa membuat orang nerasa gagal atau putus asa,” paparnya.
Terlebih di masa sekarang ada dampak media sosial, yang kerap menjadi perbandingan atau tolak ukur bagi generasi muda.
Dia juga mengingatkan bahwa gangguan fisik kronis atau kondisi kesehatan mental kemungkinan mulai muncul di usia tersebut.
Mencegah bunuh diri
Dr. Teo menganjurkan agar individu yang rawan bunuh diri untuk tetap menjaga jaringan dukungan yang kuat dan mempraktikkan perawatan diri, seperti menetapkan batasan yang sehat dan meluangkan waktu untuk aktivitas pemulihan atau yang sekarang dikenal dengan istilah “healing”.
“Mengasihi diri sendiri juga bisa membantu, dengan cara menetapkan harapan yang realistis dan memahami bahwa kemunduran merupakan bagian normal dari kehidupan dan kesempatan untuk tumbuh,” kata Dr. Teo.
Dr Lu mengatakan meluangkan waktu untuk perawatan diri tidak boleh dipandang sebagai pilihan, dan menekankan pentingnya membangun jaringan dukungan melalui keluarga, teman atau kelompok masyarakat. Olahraga rutin, tidur sehat, aktivitas bermanfaat, dan literasi keuangan juga dapat membantu meringankan stres.
Kegiatan-kegiatan sederhana seperti berjalan kaki setelah bekerja atau mendengarkan musik juga bisa meringankan stres, kata Chan Mey Peng, konselor di SOS.
“Meskipun langkah-langkah ini tampak sepele, jika dilakukan secara konsisten, langkah-langkah ini menciptakan ruang untuk pemulihan emosional dan mengurangi beban mental yang ditanggung banyak orang dalam kelompok usia ini,” imbuhnya.
Menulis di buku harian dengan refleksi rasa syukur juga dapat membantu mengalihkan pikiran negatif.
Dr Teo menyarankan mereka yang terus menerus terbersit keinginan untuk bunuh diri supaya mencari bantuan dari tenaga profesional.
Dr Lu mengatakan orang hendaknya mengenali tanda-tanda seseorang orang yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Mereka biasanya kerap berbicara tentang kematian, menarik diri dari lingkungan dan pergaulan, membagi-bagikan barang kepunyaannya atau aktivitas media sosial yang tidak biasa.
“Perhatikan perilaku daring mereka – apa yang mereka suka, komentari, ikuti, atau tulis di media sosial.”
Dia memperingatkan supaya jangan menjanjikan kerahasiaan kepada orang yang mengutarakan keinginan untuk bunuh diri.
“Katakan kepada mereka bahwa Anda akan berada di sisinya, tetapi Anda perlu melibatkan orang lain, misalnya orang dewasa yang dipercaya,” papar Dr Lu.
Jangan memberikan nasihat berlebihan, jangan menghakimi mereka, fokuslah pada usaha merawat dan memahami mereka, imbuhnya.
“Orang yang kepikiran untuk bunuh diri seringkali sudah kewalahan dengan rasa bersalah dan perasaan menjadi beban bagi orang lain, dan menambahkan perasaan bersalah kepada mereka sama sekali tidak membantu,” tegasnya.*