Greenpeace Brasil mendesak delegasi negara-negara yang hadir di Pra-COP30 di Brasília untuk menghentikan perusakan hutan. Survei terbaru Greenpeace International menunjukkan sembilan dari sepuluh orang yang disurvei menginginkan hutan dilindungi untuk melawan perubahan iklim.
Pesan yang ditampilkan Greenpeace Brasil di gedung Kongres dan gedung-gedung di seluruh Brasília, tempat para delegasi berkumpul, berbunyi “COP30: Bertindak untuk hutan, bertindak untuk iklim” yang dipasang dalam bahasa Inggris dan “COP30: Lindungi hutan” dalam bahasa Portugis.
Survei Greenpeace International menunjukkan sebanyak 86% responden dari 17 negara di lima benua yakin bahwa melindungi hutan sangat penting dalam perjuangan melawan perubahan iklim. Hasil survei juga menunjukkan 82% responden menginginkan pemerintah mereka mengambil tindakan lebih lanjut terkait hutan, menunjukkan dukungan publik yang kuat untuk menghentikan deforestasi.
“Jika kita ingin menjaga target 1,5°C tetap terjangkau, COP30 harus menyusun rencana aksi untuk menghentikan perusakan hutan pada tahun 2030,” kata An Lambrechts, Ahli Kebijakan Keanekaragaman Hayati dari Greenpeace International, dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (14/10).
- Greenpeace Sebut Indonesia Sulit Akses Dana Loss and Damage
- Greenpeace Soroti Ambisi Prabowo Ubah 100% Pembangkit Listrik ke Energi Bersih
- COP30 Didesak Hubungkan Keadilan Iklim dengan Perbaikan Kejahatan Historis
Hasil jajak pendapat ini menunjukkan banyak orang memahami urgensi masalah ini dan menginginkan pemerintah bertindak. “Tidak ada waktu yang lebih tepat daripada di COP di Amazon untuk melakukannya,” ujar Lambrechts.
Survei Dilaksanakan di 17 Negara yang Mewakili Lima Benua
Survei Greenpeace dilakukan antara 5-17 September 2025 di Kenya, Afrika Selatan, Argentina, Brasil, Kolombia, Kanada, Amerika Serikat (AS), Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Australia, Denmark, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, dan Inggris.
Responden berusia 18 tahun ke atas, mewakili populasi secara nasional berdasarkan usia, jenis kelamin, dan wilayah. Greenpeace mengambil 1.000 responden per pasar, total 17.000 responden, sehingga mewakili skala global.
Survei ini dirilis selama pertemuan pra-COP di Brasília, di mana delegasi negara, komunitas asli, dan masyarakat sipil berkumpul sebelum COP30 UNFCCC untuk mempersiapkan hasil COP30. Termasuk, kebutuhan untuk menangani perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati secara bersamaan.
Responden survei menyatakan keinginan mereka agar pemerintah semakin serius menangani perusakan hutan. Selain itu, sebanyak 77% responden setuju bahwa hasil paling efektif dapat dicapai melalui kerja sama global melalui perjanjian internasional untuk menghentikan deforestasi.
Sebanyak 75% responden menilai pemerintah harus berkomitmen pada rencana aksi baru untuk menghentikan perusakan hutan dan ekosistem lain. Dalam hal perlindungan hutan, 78% responden paling percaya pada Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal. Hanya 49% responden yang percaya pada pemerintah nasional dan 42% responden yang percaya pada korporasi. Sebanyak 75% responden juga setuju masyarakat adat harus menerima dana untuk melindungi hutan.
“Dukungan publik yang luar biasa ini mengirimkan pesan yang kuat kepada pemerintah menjelang COP30, yang akan digelar untuk pertama kalinya di jantung Hutan Hujan Amazon. Pemimpin dunia harus mendengarkan rakyat mereka dan bertindak sesuai dengan tanggung jawab moral, hukum, dan politik mereka untuk menghentikan deforestasi guna mempertahankan ambisi 1,5°C,” kata Carolina Pasquali, Direktur Eksekutif Greenpeace Brasil.
Masyarakat Adat Penjaga Sejati Hutan
Kleber Karipuna, Koordinator Eksekutif Aliansi Masyarakat Adat Brasil (Apib), mengatakan survei ini sangat penting karena tidak hanya mencerminkan pendapat mayoritas masyarakat tentang pentingnya menjaga hutan dan semua bioma tetap utuh dan dilestarikan. Hasil survei ini juga menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap masyarakat adat dalam melindungi keanekaragaman hayati planet ini.
“Ilmu pengetahuan telah membuktikan Masyarakat Adat adalah penjaga sejati hutan. Kini, masyarakat kembali menegaskan hal ini dan memperingatkan penetapan batas dan perlindungan wilayah kami adalah kebijakan yang efektif dan krusial dalam memerangi deforestasi dan menghadapi krisis iklim global, karena kami adalah jawabannya,” kata Karipuna.
Untuk perlindungan hutan yang berhasil, Greenpeace mendesak para pemimpin global di Pra-COP30 untuk mengambil langkah sebagai berikut:
1. Menindaklanjuti komitmen mereka dan target UNFCCC untuk menghentikan deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2030, dengan keputusan yang melampaui janji sukarela
2. Menyediakan pendanaan langsung untuk solusi masyarakat adat dan komunitas lokal dalam melindungi dan memulihkan hutan.
3. Mengatur dan menghentikan pendanaan bagi mereka yang memperoleh keuntungan dari perusakan hutan.