Gubernur Kalimantan Barat Apresiasi Kinerja Tenaga Kesehatan dalam Upaya Menjaga Keselamatan Pasien
Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada tenaga kesehatan atas dedikasi mereka dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Pernyataan ini disampaikan saat peringatan Hari Keselamatan Pasien Sedunia (World Patient Safety Day/WPSD) 2025 digelar di Gedung Prof. Dr. Sujudi, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, pada Selasa 19 Agustus 2025.
Tema WPSD tahun 2025, yaitu “Perawatan Aman untuk Setiap Bayi Baru Lahir dan Setiap Anak”, menjadi pengingat penting bahwa menjaga keselamatan bayi baru lahir dan anak bukan hanya upaya melindungi dari sakit maupun kematian yang bisa dicegah, tetapi juga menjadi fondasi utama dalam meningkatkan Usia Harapan Hidup masyarakat Kalimantan Barat.
“Ini juga bagian dari menyiapkan generasi emas 2045 yang sehat, produktif, dan berdaya saing,” ujar Ria Norsan.
Ia menegaskan bahwa keselamatan pasien bukan hanya tanggung jawab tenaga medis, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Berdasarkan data Kemenkes, Kalbar masih berada di peringkat ke-10 nasional dalam angka kematian bayi dan ibu. Oleh karena itu, Pemprov Kalbar terus mendorong peningkatan kualitas layanan kesehatan, terutama di fasilitas persalinan rumah sakit maupun puskesmas.
“Alhamdulillah kita diundang Menkes dalam peringatan WPSD 2025 dengan agenda bagaimana menurunkan angka kematian bayi. Ini tugas kita bersama, tidak hanya dokter dan bidan, tetapi juga rumah sakit dan seluruh masyarakat Kalbar,” ungkap Norsan.
Gubernur pun mengimbau seluruh tenaga medis, bidan, perawat, maupun tenaga layanan di rumah sakit dan puskesmas, untuk bekerja sama memberikan pelayanan terbaik bagi ibu dan bayi.
“Mari kita jadikan keselamatan pasien sebagai budaya kerja dan tanggung jawab moral. Setiap nyawa anak adalah masa depan bangsa yang harus kita lindungi,” pintanya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan keprihatinan atas tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Menurutnya, lebih dari 90 persen kasus kematian bayi terjadi di rumah sakit, dengan penyebab utama infeksi (sepsis) dan gangguan pernapasan (asfiksia). Ia menekankan pentingnya pencatatan data yang akurat serta perbaikan manajemen fasilitas kesehatan.
Namun, Menkes juga memberikan apresiasi kepada Kalimantan Barat, khususnya RSUD Pontianak dan RSUD Mempawah, yang dinilai memiliki standar layanan baik. Bahkan salah satu direktur RSUD di Kalbar telah direkrut Kemenkes untuk membantu meningkatkan mutu layanan rumah sakit di tingkat nasional.
“RSUD Mempawah dan Pontianak memang bagus. Saking bagusnya, direktur RSUD-nya kita tarik ke Kemenkes untuk menularkan standar baik itu ke seluruh Indonesia,” pungkas Budi.







