Penghargaan untuk Gubernur Papua Tengah dalam Upaya Stop BABS
Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Pusat, Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes, memberikan Piagam Anugerah Penghargaan kepada Gubernur Papua Tengah, Meki Fritz Nawipa, S.H, di Nabire, Papua Tengah, pada Jumat (21/11/2025). Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kepemimpinan dan inovasi yang dilakukan oleh Gubernur dalam percepatan program stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Provinsi Papua Tengah.
Penghargaan tersebut merupakan bagian dari upaya mempercepat pencapaian program WASH (Water, Sanitation and Hygiene) serta tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Seluruh kegiatan yang dilakukan didukung oleh UNICEF.
“Penyerahan penghargaan ini sebagai bentuk perhargaan dan apresiasi karena telah berkomitmen dalam percepatan program stop BABS di Provinsi Papua Tengah,” ujar Arif.
Gubernur Papua Tengah, Meki Fritz Nawipa, S.H, menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diberikan. Ia menegaskan bahwa pemerintah Provinsi Papua Tengah berkomitmen untuk melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), khususnya dalam mewujudkan 100 persen Stop BABS.
“Kami mengucapkan terima kasih terutama kepada HAKLI atas penghargaan yang telah diberikan kepada kami. Kami pemerintah Provinsi Papua Tengah berkomitmen untuk melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya untuk mewujudkan 100 persen Stop BABS,” kata Meki.
Strategi Percepatan Stop BABS
Menurut Gubernur, beberapa strategi percepatan Stop BABS telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Papua Tengah melalui Dinas Kesehatan. Namun, upaya-upaya tersebut belum maksimal karena Stop BABS membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
“Selain sektor kesehatan, kami juga membutuhkan dukungan kuat dari sektor keciptakaryaan, pemberdayaan masyarakat, pemerintah distrik, dan pemerintah kampung/kelurahan,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah melakukan penyusunan kebijakan, alokasi dana APBD yang cukup signifikan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Program Stop BABS dan Pentingnya Sanitasi
Sanitasi yang baik dan memadai menjadi aspek penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), buruknya kondisi sanitasi menjadi salah satu penyebab utama timbulnya penyakit menular seperti diare, kolera, dan infeksi cacingan yang dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sanitasi yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab 30% dari kasus penyakit diare di Indonesia setiap tahun, yang terutama terjadi di kalangan anak-anak. Akses terhadap sanitasi yang layak juga memengaruhi pencapaian pendidikan, produktivitas kerja, dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, sehingga sanitasi menjadi bagian integral dari pembangunan nasional.
Secara nasional, pemerintah Indonesia telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan akses sanitasi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tahun 2024 menunjukkan hanya tersisa 3,2% rumah tangga yang belum memiliki akses sanitasi yang memadai. Namun, berdasarkan data yang sama, masih terdapat 23,72% rumah tangga di Provinsi Papua Tengah yang melakukan praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Data Sistem Informasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (SI-STBM) Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada akhir Tahun 2024 lalu, hanya 23 kampung/kelurahan dari total 1.208 atau hanya 2% kampung/kelurahan di Provinsi Papua Tengah yang sudah dinyatakan mencapai 100% Stop BABS.
Harapan dari UNICEF
Wash Officer Unicef Papua, Reza Hendrawan, berharap komitmen ini bisa terlaksana melalui regulasi alokasi dana dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing dinas yang bersinergi dalam program stop BABS.
“Jadi ini bukan hanya tugas sektor kesehatan saja, tapi juga sektor lain seperti dinas pekerjaan umum dan dinas pemberdayaan kampung,” tegasnya.







