Tren Pendanaan Startup di Indonesia yang Mengalami Penurunan
Pendanaan bagi perusahaan rintisan (startup) di Indonesia masih mengalami penurunan. Bahkan, angka pendanaan yang tercatat pada tahun ini jauh lebih rendah dibandingkan pada 2021, yang menjadi puncak dari gelombang investasi di sektor startup.
Menurut laporan DealStreetAsia, pada paruh pertama tahun ini, total pendanaan startup hanya mencapai US$0,08 miliar. Angka ini sangat jauh berbeda dengan tahun 2021 yang mencapai US$9,44 miliar. Selain masalah perekonomian global, beberapa kasus kecurangan atau fraud juga memengaruhi kepercayaan investor. Beberapa contoh kasus tersebut adalah Investree dan TaniHub, yang sempat menjadi sorotan publik. Bahkan, kasus serupa juga telah menyebabkan eFishery, sebuah startup yang pernah mencapai status Unicorn (valuasi hingga US$1 miliar), mengalami penurunan drastis.
“Skandal-skandal ini tidak hanya memengaruhi operasional perusahaan, tetapi juga mengikis kepercayaan investor terhadap sektor startup Indonesia,” kata Mari Elka Pangestu, Penasihat Khusus Presiden untuk Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, dalam pernyataannya pada Juli lalu.
Munculnya Masalah di Sektor Pinjaman Online
Beberapa startup pinjaman online (pinjol) kini mulai tutup usaha, sementara para pemberi dana (lender) kesulitan menarik dana mereka. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang bersiap untuk menyiapkan aturan baru guna mengatasi situasi ini. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi menjadi semakin penting dalam menjaga stabilitas sektor finansial.
Selain itu, pendanaan startup di Asia Tenggara juga mengalami anjlok terendah selama enam tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan eksternal dan internal terus memengaruhi pertumbuhan startup di kawasan ini.
Dukungan dari Pemerintah untuk Startup Hijau
Kementerian Keuangan juga telah menyiapkan pendampingan teknis untuk startup yang terlibat dalam inisiatif hijau. Ini menunjukkan bahwa pemerintah mulai melihat potensi besar dari sektor lingkungan dan energi terbarukan sebagai bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan.
Fokus pada Fundamental Kuat dan Value Proposition
Co-founder dan General Partner Alpha JWC Ventures, Jefrey Joe, menilai bahwa skandal-sanksi ini bisa menjadi momen untuk memperbaiki sistem dan membangun ekosistem startup yang lebih sehat. “Terkadang, kita bisa memanfaatkan krisis untuk berubah,” ujarnya.
Saat ini, investor cenderung lebih selektif dalam memilih startup yang memiliki fundamental kuat, value proposition yang jelas, serta jalur profit yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tren investasi kini lebih berfokus pada keberlanjutan dan kekuatan bisnis.
Sektor Prospektif untuk Startup di Masa Depan
Riset yang dilakukan oleh DailySocial menunjukkan bahwa beberapa sektor seperti Agentic AI, Web3 dan Blockchain, serta keamanan siber menjadi bidang yang prospektif di masa depan. Selain itu, komitmen transisi energi dalam negeri membuka peluang besar bagi startup di sektor efisiensi energi dan energi terbarukan. Teknologi layanan kesehatan juga ikut serta dalam meningkatkan tren investasi.
Meskipun demikian, dari beberapa laporan pendanaan, sektor financial technology (fintech) masih memimpin baik dalam jumlah kesepakatan maupun nilai investasi. Ini menunjukkan bahwa fintech tetap menjadi salah satu sektor yang paling diminati oleh investor.