InfoMalangRaya.com— Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UN Independent International Commission of Inquiry on the Occupied Palestinian Territory merilis laporan terbaru yang mengejutkan dunia. Bertajuk “From Economy of Occupation to Economy of Genocide”, laporan ini menyoroti keterlibatan sejumlah perusahaan multinasional raksasa yang dianggap secara langsung maupun tidak langsung mendukung genosida yang dilakukan penjajah ‘Israel’ di Gaza dan wilayah Palestina lainnya.
Dalam laporan setebal 21 halaman yang diterbitkan pada 3 Juli 2025 itu, PBB mengungkap bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut berperan dalam menopang ekonomi penjajah ‘Israel’, memfasilitasi pelanggaran hukum internasional, serta memberikan dukungan logistik, teknologi, dan layanan yang digunakan dalam serangan terhadap warga sipil Palestina.
“Ekonomi pendudukan kini telah bermetamorfosis menjadi ekonomi genosida,” kata Ketua Komisi Penyelidik PBB, Navi Pillay, seperti dikutip dalam laporan tersebut. “Perusahaan-perusahaan ini bukan hanya terlibat pasif, tetapi secara aktif memfasilitasi kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Beberapa perusahaan yang disebut dalam laporan antara lain:
Intel (AS), dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 120 miliar, diketahui memasok prosesor dan infrastruktur komputasi untuk sistem militer Israel, termasuk teknologi pemetaan wilayah dan pengenalan wajah.
Google dan Amazon (AS), keduanya menyediakan layanan cloud melalui Project Nimbus untuk militer dan pemerintah Israel. Kapitalisasi pasar gabungan kedua raksasa teknologi ini melebihi US$ 3 triliun.
Airbnb (AS), yang menyediakan layanan pemesanan penginapan di permukiman ilegal Israel di Tepi Barat, melanggar hukum humaniter internasional dan memfasilitasi kolonisasi.
Caterpillar (AS), penyedia alat berat yang digunakan untuk penghancuran rumah-rumah warga Palestina, memiliki nilai pasar sekitar US$ 160 miliar.
Chevron (AS), perusahaan energi yang mengeksploitasi sumber daya gas di wilayah sengketa Mediterania, turut memberikan pemasukan besar bagi Israel, senilai miliaran dolar per tahun.
Booking.com dan Expedia (AS dan Belanda), dua raksasa industri perjalanan yang mempromosikan wisata ke permukiman ilegal.
General Dynamics dan Lockheed Martin (AS), dua produsen senjata utama yang menyuplai jet tempur, artileri, dan sistem pertahanan untuk militer penjajah ‘Israel’.
Komisi PBB menegaskan bahwa aktivitas perusahaan-perusahaan tersebut tidak sekadar soal bisnis, tetapi berkontribusi terhadap sistem apartheid dan kampanye pemusnahan sistematis terhadap rakyat Palestina.
“Laporan ini seharusnya jadi dasar bagi negara-negara anggota untuk mengevaluasi kembali kerja sama dengan perusahaan-perusahaan itu,” ujar satu anggota komisi, Miloon Kothari. Ia menyerukan agar masyarakat internasional menerapkan tekanan ekonomi dan hukum terhadap entitas-entitas yang disebutkan.
Laporan ini juga menyebut bahwa sebagian besar perusahaan yang terlibat adalah perusahaan teknologi tinggi dan militer dari Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Israel. Namun, ada juga perusahaan asal Eropa, termasuk G4S dan Siemens, yang turut disebutkan karena menyediakan sistem keamanan dan infrastruktur penting untuk permukiman ilegal serta fasilitas militer.
Sebagai respons awal, sejumlah organisasi masyarakat sipil menyerukan boikot global terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. Gerakan Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) menyebut laporan ini sebagai “bukti paling jelas bahwa keuntungan korporasi global dibangun di atas penderitaan rakyat Palestina.”
Daftar Perusahaan Global Pendukung Genosida Israel versi PBB
(Sumber: Laporan UNHRC, 2025, “From Economy of Occupation to Economy of Genocide”)