Pernyataan IOC Mengenai Penolakan Atlet Israel dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025
Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah memberikan pernyataan resmi terkait penolakan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap atlet dan ofisial dari Israel dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025. Dalam pernyataannya, IOC menyampaikan rasa prihatin atas situasi ini dan menegaskan bahwa semua atlet yang memenuhi syarat harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi tanpa adanya diskriminasi.
Pernyataan IOC dipublikasikan pada hari Sabtu (18/10) dan menyebutkan bahwa prinsip dasar Olimpiade mengharuskan setiap negara tuan rumah untuk mengakomodir partisipasi atlet, tim, dan ofisial yang memenuhi syarat. Hal ini sejalan dengan Piagam Olimpiade yang menekankan pentingnya olahraga sebagai alat penyatuan dan perdamaian di tengah konflik yang sering terjadi di dunia.
“Di tengah dunia yang diguncang konflik dan perpecahan, IOC teguh berpegang pada keyakinannya bahwa olahraga harus tetap menjadi mercusuar harapan – kekuatan yang menyatukan seluruh dunia dalam kompetisi damai,” tulis IOC dalam pernyataannya.
Selain itu, IOC juga menekankan bahwa prinsip-prinsip dasar Olimpiade seperti non-diskriminasi, otonomi, dan netralitas politik harus dihormati oleh semua pihak terkait. IOC menilai bahwa tindakan pemerintah Indonesia dalam menolak visa bagi beberapa atlet dan ofisial Israel bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut.
Pemerintah Indonesia secara resmi menolak pengajuan visa Israel untuk beberapa atlet dan ofisialnya pada 9 Oktober lalu. Langkah ini menjadi sorotan dunia karena salah satu atlet yang ditolak adalah Artem Dolgophyat, yang merupakan pemilik emas Olimpiade Tokyo 2020 dan perak Olimpiade Paris 2024. Selain Dolgophyat, Israel juga menurunkan Eyal Indig, Ron Payatov, Lihie Raz, Yali Shoshani, dan Roni Shamay.
Israel kemudian mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS), namun pada 15 Oktober, CAS secara resmi menolak permohonan langkah sementara yang diajukan Federasi Senam Israel (IGF). Sebagai akibatnya, keenam atlet tersebut tidak akan berlaga dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 yang akan digelar mulai Minggu (19/10).
Dalam pernyataannya, IOC menyampaikan rasa prihatin atas penolakan visa tersebut dan menegaskan bahwa semua atlet harus bisa berpartisipasi selama memenuhi syarat. Negara tuan rumah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip ini dihormati.
“Posisi prinsip IOC sangat jelas: semua atlet, tim, dan ofisial olahraga yang memenuhi syarat harus dapat berpartisipasi dalam kompetisi dan acara olahraga internasional tanpa diskriminasi dalam bentuk apa pun dari negara tuan rumah, sesuai dengan Piagam Olimpiade dan prinsip-prinsip dasar non-diskriminasi, otonomi, dan netralitas politik yang mengatur Gerakan Olimpiade,” bunyi pernyataan IOC.
IOC juga menyatakan bahwa mereka akan membahas situasi ini dalam rapat Dewan Eksekutif berikutnya. Selain itu, IOC menekankan bahwa olahraga harus tetap menjadi ruang aman bagi para atlet untuk mewujudkan impian mereka, dan atlet tidak boleh dijadikan korban akibat keputusan politik.
Tindakan yang Diambil oleh IOC
Berikut beberapa tindakan dan pernyataan IOC terkait penolakan atlet Israel:
- IOC menyampaikan rasa prihatin atas penolakan visa oleh pemerintah Indonesia.
- IOC menegaskan bahwa semua atlet yang memenuhi syarat harus diberi kesempatan berpartisipasi.
- IOC menekankan pentingnya prinsip-prinsip dasar Olimpiade seperti non-diskriminasi, otonomi, dan netralitas politik.
- IOC akan membahas situasi ini dalam rapat Dewan Eksekutif berikutnya.
- IOC menegaskan bahwa olahraga harus menjadi ruang aman bagi para atlet dan bukan tempat untuk keputusan politik.
Komentar dari IOC
IOC juga menyampaikan bahwa tindakan-tindakan seperti penolakan akses bagi atlet ke negara tuan rumah merampas hak atlet untuk berkompetisi secara damai dan menghalangi Gerakan Olimpiade menunjukkan kekuatan olahraga.
Dalam pernyataan tersebut, IOC menekankan kembali bahwa posisi mereka telah ditegaskan dalam berbagai kesempatan selama bertahun-tahun. IOC percaya bahwa olahraga harus tetap menjadi alat penyatuan dan harmoni di antara bangsa-bangsa.