InfoMalangRaya.com – Kementerian Pertahanan entitas zionis ‘Israel’ mengumumkan akan membentuk komite khusus untuk mengurus prajurit yang menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan cacat psikologis.
Kasus gangguan psikologis di kalangan pemukim maupun tentara ‘Israel’ telah meningkat sejak dilancarkannya Operasi Taufan Al-Aqsha. Sejumlah aksi bunuh diri juga terjadi diduga akibat gangguan psikologis.
Menurut Aljazeera pada Selasa (16/07), sejak invasi ‘Israel’ ke Gaza pada Oktober, Departemen Rehabilitasi elaporkan telah menerima lebih dari 9.400 korban, dengan 36% di antaranya mengalami gangguan psikologis yang signifikan.
Departemen itu memperkirakan hingga akhir tahun 2024, korban dapat mencapai 14.000 orang, dengan 5.000 diantaranya membutuhkan perawatan intensif.
Tingginya kebutuhan akan prajurit dan tenaga militer memaksa ‘Israel’ untuk memperpanjang masa dinas wajib menjadi 36 bulan.
Selain itu, entitas zionis juga membatalkan pengecualian wajib militer bagi komunitas Yahudi Haredi atau ultra-Ortodoks.
Jumlah korban luka di kalangan tentara Israel sejak dimulainya konflik mencapai 4.125 orang, dengan lebih dari separuhnya tercatat sejak dimulainya operasi darat pada bulan yang sama. Sedangkan jumlah kematian di antara pasukan Israel mencapai 680 jiwa, dengan lebih dari separuhnya tercatat sejak dimulainya operasi darat di Gaza.
Media dan lembaga kesehatan Israel mengungkapkan, angka sebenarnya dari korban luka dan kematian di kalangan tentara mungkin lebih tinggi daripada yang diberitakan secara resmi.*
‘Israel’ Bentuk Komite Khusus untuk Tangani Gangguan Psikologis pasca Perang
