InfoMalangRaya.com – Serangan siber yang dilakukan hacker atau peretas terhadap Israel sejak Oktober 2023 telah menyebabkan kerugian serius terhadap data pemerintah.
Haaretz, media berbahasa Ibrani, melaporkan pada Selasa (20/08/2024) bahwa kebocoran data itu melibatkan puluhan ribu dokumen dan email penting, termasuk milik Kementerian Kehakiman ‘Israel’.
Serangan-serangan siber yang dimulai pada 7 Oktober 2023 itu menargetkan berbagai entitas, mulai dari kontraktor militer dan pertahanan hingga rumah sakit dan kementerian pemerintah. Besarnya skala peretasan telah membuat infrastruktur keamanan siber ‘Israel’ kewalahan.
“Tingkat kerusakan yang sebenarnya terhadap keamanan dan ekonomi Israel yang disebabkan oleh kebocoran ini belum sepenuhnya diketahui,” ungkap sumber yang dekat dengan penyelidikan.
“Terlepas dari investasi besar-besaran dalam langkah-langkah keamanan siber defensif, skala kebocoran ini kemungkinan merupakan yang paling parah dalam sejarah Israel – penjarahan gigabyte demi gigabyte informasi dalam berbagai bentuk.”
Data ‘Israel’ kemudian dibocorkan di platform seperti Telegram, mendorong serangkaian upaya penghapusan oleh pihak berwenang ‘Israel’. Namun, kebijakan moderasi Telegram yang terbatas telah mempersulit upaya-upaya ini.
“Telegram muncul pada awal perang sebagai platform utama yang digunakan oleh perang informasi Hamas melawan Israel, yang tidak dapat diatasi dengan baik oleh Israel, karena tidak memiliki kemampuan pemantauan dan pemahaman tentang platform tersebut,” Haaretz melaporkan.
‘Israel’ telah berusaha untuk mengurangi kerusakan melalui langkah-langkah hukum dan negosiasi langsung dengan perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Amazon dan Meta.
Namun, para peretas terus beradaptasi dengan menggunakan layanan hosting terdesentralisasi dan “onions domain” yang mengaburkan sumber data dan menghalangi upaya penghapusan.
Entitas Zionis ‘Israel’ kembali melancarkan serangan brutalnya di Jalur Gaza setelah serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Kekejaman ini telah mengakibatkan lebih dari 40.170 kematian warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 92.740 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade Gaza yang sedang berlangsung telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan yang parah, membuat sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Penjajah ‘Israel’ telah menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta orang Palestina mengungsi sebelum wilayah tersebut diserang pada 6 Mei lalu.*
‘Israel’ Kewalahan, Sejak Oktober 2023 Serangan Hacker Tak Kunjung Berhenti
