InfoMalangRaya.com – ‘Israel’ tidak ingin Presiden Suriah Bashar al-Assad turun dari kekuasaannya, menurut informasi yang diterima Turki dari para pejabat Amerika Serikat (AS). Bahkan setelah serangan cepat oposisi yang merebut sejumlah kota utama seperti Aleppo dan Hama.Rencana ‘Israel’Memanfaatkan kejatuhan Assad
“Israel tidak pernah menginginkan Bashar pergi,” kata Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan kepada Al Hadath TV pada Ahad (15/12/2024).
“Israel tidak senang dengan ruang yang diberikan Bashar kepada Iran. Bahkan setelah operasi pemberontakan dimulai, Amerika menyampaikan kepada kami bahwa Israel tidak ingin Bashar pergi,” tambah Fidan.
Mantan direktur Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki itu mengungkapkan bahwa saat mengunjungi Turki pada tahun 2016, Wakil Presiden AS saat itu, Joe Biden, memberi tahu Ankara bahwa pemerintah AS menentang penggulingan Assad.
“Dia mengatakan kepada kami bahwa AS tidak ingin Bashar pergi,” kata Fidan. “Kami memahami bahwa ini bukanlah sikapnya sendiri, melainkan sikap Israel.”
Rencana ‘Israel’
Pemerintah ‘Israel’ dengan suara bulat baru saja menyetujui sebuah rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meningkatkan jumlah pemukiman ilegal ‘Israel’ di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, dengan anggaran lebih dari 40 juta shekel ($11,13 juta).
Dalam sebuah pernyataan, kantor Netanyahu mengatakan pada hari Ahad bahwa pemerintah dengan suara bulat menyetujui rencana tersebut untuk “mendorong pertumbuhan demografis di pemukiman Golan dan Katzrin, dengan total biaya melebihi 40 juta shekel.”
Katzrin, atau Qasrin, adalah sebuah desa Suriah yang diduduki oleh ‘Israel’ yang merupakan bagian dari provinsi Quneitra di Dataran Tinggi Golan.
Kantor Netanyahu menjelaskan bahwa rencana tersebut disetujui “mengingat perang dan front baru dengan Suriah, dan karena keinginan untuk melipatgandakan populasi Golan.”
Saat ini, sekitar 50.000 orang tinggal di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, setengahnya adalah pemukim ‘Israel’, sementara setengahnya lagi terdiri dari orang Druze, Alawi, dan lainnya, menurut harian Israel, Haaretz.
Terdapat 33 pemukiman Yahudi di Golan yang diduduki, yang tergabung dalam apa yang disebut Dewan Regional Golan.
Memanfaatkan kejatuhan Assad
Bashar al-Assad, yang memerintah Suriah dengan tangan besi selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember setelah kelompok oposisi menguasai Damaskus.
Perebutan ini terjadi setelah para pejuang anti Rezim dipimpin Hayat Tahrir al Syam (HTS) menguasai kota-kota utama di seluruh negeri dalam serangan cepat yang berlangsung kurang dari dua minggu.
Mengambil keuntungan dari kejatuhan Assad, ‘Israel’ semaki mengintensifkan serangan udaranya terhadap situs-situs militer di seluruh Suriah, yang secara terang-terangan melanggar kedaulatan negara tersebut.
‘Israel’ juga mengumumkan runtuhnya perjanjian pelepasan senjata tahun 1974 dengan Suriah dan mengerahkan pasukannya di zona demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan, dalam sebuah langkah yang secara luas dikecam oleh PBB dan beberapa negara Arab.*