Jalan Baru, Harapan Baru untuk Kandangmas Kudus: Ketika TMMD Jadi Titik Balik Ekonomi Desa
Di Desa Kandangmas, Dawe, Kudus, Jawa Tengah, pagi yang dingin masih terasa ketika kami memulai pekerjaan. Embun menempel di daun jati sambil prajurit Satgas TMMD ke-125 sedang mengaduk semen dan pasir. Warga datang bergabung dengan alat seadanya, mencoba membantu proses pembangunan.
Pemandangan ini mungkin terlihat sederhana, tapi bagi saya sangat luar biasa. Itulah wajah nyata gotong royong antara TNI dan rakyat. TMMD adalah singkatan dari TNI Manunggal Membangun Desa. Program ini merupakan kerja sama antara TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat, dengan tujuan mempercepat pembangunan di wilayah pedesaan, khususnya daerah tertinggal, terisolir, atau perbatasan.
Saat ini, kami sedang membangun jalan usaha tani sepanjang 1.250 meter di wilayah tersebut. Dulu, jalan ini hanya berupa tanah makadam yang licin saat hujan. Hal ini menyulitkan warga dalam mengangkut hasil panen. Saya masih ingat beberapa kali truk material tidak bisa masuk karena medan yang berat. Bahkan prajurit harus mendorong gerobak berisi semen.
Meski lelah, tidak ada yang menyerah. Semangat kebersamaan mengatasi segala rasa letih. Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika Mbah Shona, seorang buruh pengupas randu berusia 62 tahun, mendekati saya. Dengan mata berkaca-kaca, ia berucap lirih, “Matur nuwun, Pak TNI… mugi dalan niki dados dalan rejeki.” Bagi saya, ucapan itu bukan sekadar terima kasih. Itu adalah doa tulus yang menegaskan makna sesungguhnya dari kerja keras ini: menghadirkan jalan rezeki bagi warga desa.
Bagi saya pribadi, TMMD bukan hanya proyek fisik. Ia adalah laboratorium kebersamaan. Di Kandangmas, kami tidak hanya membangun jalan beton, tapi juga jembatan, sumur bor, hingga rumah warga yang tidak layak huni. Semua terwujud berkat dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Kudus senilai Rp 1,6 miliar, ditambah kerja sama dengan masyarakat yang begitu kompak.
Kini jalan baru itu sudah bisa digunakan. Saya melihat sendiri warga membawa hasil panen lebih cepat, lebih murah, dan lebih aman. Mobil bisa masuk, motor tak lagi tergelincir. Perjalanan yang dulu butuh waktu lama kini tinggal hitungan menit. Saya percaya, inilah awal perubahan ekonomi desa: dari akses yang terbuka, lahir peluang-peluang baru.
Penutupan TMMD pun terasa istimewa. Sebanyak 1.700 siswa SMP menari Tari Kretek kolosal di lapangan desa, memecahkan rekor MURI. Saya berdiri di tengah keramaian itu dengan perasaan haru. Rasanya seperti melihat seluruh jerih payah selama berbulan-bulan dirayakan dengan gembira.
Ketika melangkah pulang melewati jalan beton yang mengering, saya menengadah ke langit dan berucap lirih: “Terima kasih, ya Allah. Dengan izin-Mu semua ini bisa terwujud.” Bagi kami prajurit TNI, membangun jalan di Kandangmas bukan sekadar menyelesaikan program. Ini tentang meninggalkan jejak yang bermanfaat. Tentang menyalakan harapan baru. Tentang membuktikan bahwa TNI dan rakyat benar-benar tidak bisa dipisahkan.







