Kehidupan dan Perjalanan Alex Marquez di Dunia Balap
Alex Marquez, pembalap asal Spanyol yang kini berlaga di MotoGP, menjadi tamu dalam podcast Josep Pedrerol yang bernama “El Cafelito.” Dalam wawancara tersebut, ia bercerita tentang masa kecilnya di Cervera, bagaimana ia memulai karier balap, serta perjalanan menuju MotoGP.
Alex dikenal sebagai pekerja keras, lebih dari sekadar bakat. Kini, ia menjadi salah satu penantang gelar juara dunia MotoGP 2025 setelah menempati posisi kedua di bawah kakaknya, Marc Marquez. Menurut Alex, kesuksesannya bukan hanya karena bakat, tetapi juga kerja keras yang dilakukannya sejak kecil.
“Saya selalu mengakui bahwa saya tidak memiliki bakat mengendarai sepeda motor yang hebat saat kecil. Maksud saya, ada banyak anak lain yang jauh lebih berbakat daripada saya,” kata Alex. Ia menjelaskan bahwa mereka yang lebih berbakat mungkin tidak tahu bagaimana berkorban. Baginya, itu bukan pengorbanan, melainkan hal yang ia sukai.
“Anak-anak seusia saya akan memutuskan untuk pergi ke pesta ulang tahun. Dan saya akan memutuskan untuk pergi akhir pekan dengan sepeda motor bersama ayah, saudara laki-laki, dan ibu saya,” tambahnya. Menurut Alex, bakat saja tidak cukup. Ia percaya bahwa kombinasi antara bakat dan kerja keras adalah kunci suksesnya.
Awal Kecil dan Perjalanan Menuju Balap
Saat masih kecil, Alex tidak ingin menjadi pembalap. Ia justru ingin menjadi mekanik untuk saudaranya, Marc. Ayahnya sering memperbaiki dan membersihkan motor Marc, dan Alex ingin menjadi seperti ayahnya. Namun, suatu hari ia bosan menonton saudaranya balapan dan memutuskan untuk mencoba sendiri.
“Lalu semuanya menjadi rumit. Tentu saja, karena awalnya semuanya sangat mudah karena pada akhirnya Marc dan saya berkompetisi di kejuaraan yang sama. Kami balapan di akhir pekan yang sama,” ujarnya. Pada masa itu, Marc mulai meningkatkan kecepatannya, dan orang tua Alex harus terus mendampingi keduanya.
“Orangtua saya tidak punya waktu liburan. Tentu saja itu pengorbanan untuk orangtua,” katanya. Meski begitu, Alex mengakui bahwa kehadiran Marc sangat membantu dirinya.
Karier yang Berjalan Dinamis
Alex mulai menunjukkan performa yang baik setelah bergabung dengan Kejuaraan Dunia. Ia mengatakan bahwa ketika usianya 17 tahun, ia langsung menang di tahun kedua. “Saya selalu menerima itu, tetapi ada bayangan atau refleksi Marc,” ujarnya. Gelar pertama yang dia menangkan dan yang ia menangkan terjadi dalam jumlah balapan yang sama. Orang-orang mulai membicarakan hal itu.
Pada usia 18 tahun, Alex sedang bersinar dan menjadi raja dunia. Namun, kesalahan total terjadi beberapa waktu kemudian. Dua tahun berikutnya, saat ia naik ke Moto2, situasi berubah. Ia hampir menandatangani kontrak dengan Yamaha, tetapi akhirnya gagal karena pabrikan Jepang tersebut tidak memberikan lampu hijau.
“Tidak berhasil. Saya pikir (hak) veto adalah kata yang kotor. Tetapi, memang benar saya menandatangani kontrak itu. Saya menandatangani kontrak dengan tim, tetapi Yamaha tidak pernah memberi lampu hijau,” ujar Alex. Kontrak itu hanya berlangsung lima hari.
Perasaan Ketika Bergabung dengan MotoGP
Alex juga berbicara tentang momen terberat dalam karier balapnya ketika ia naik ke MotoGP bersama Honda. “Saya naik ke MotoGP pada 2020, dan saya bersama Honda selama tiga tahun. Pada tahun 2022, saya tidak memiliki tim untuk 2023. Saya ditinggalkan tanpa tempat pada MotoGP.”
Perasaan itu bukanlah penderitaan, melainkan kecemasan. Ia ingin berada di suatu tempat yang akan membantunya, bukan hanya bersinar, tetapi melakukan apa yang ia yakini bisa ia lakukan. Tiba-tiba, pintu terbuka ke Gresini. “Dari hari ke hari, saya menandatangani kontrak. Saya tidak melihat apa pun. Saya tidak peduli dengan gaji, saya tidak peduli dengan kondisinya, saya tidak peduli dengan apa pun.”
Ia menginginkan motor itu, dan dari hari ke hari, ia menandatangani kontrak. Berkat itu, ia berada di tempatnya sekarang. Jika tidak, ia akan pulang. Marc berkata kepada Alex, “Kamu berani.” Namun, Alex ingin membuktikan kepada diri sendiri bahwa ia bisa tampil baik di MotoGP.
Kepastian di Gresini
Selama ia di Gresini, dengan semua dukungan yang telah diberikan, ia tidak akan pernah membicarakan tim lain. Ia tahu bahwa jika ia tampil baik, kontrak akan terbuka tahun depan. Jika kontrak dibuka sekarang, pintu akan terbuka untuknya. Ia tidak perlu mengetuk pintu. Olahraga berubah dari satu hari ke hari berikutnya. Sekarang, ia tampil buruk selama tiga balapan dan itu tidak akan terbuka.
Manajemen Ducati telah memberi motor GP26 kepada Alex saat seri GP San Marino di Sirkuit Misano, Italia. Keputusan ini diambil setelah tim Valentino Rossi, VR46 Racing Team, menolak opsi untuk menggunakan dua motor spek terbaru musim depan. Tim Borgo Panigale pun memilih untuk menyerahkan motor kepada rider yang dianggap pantas, yaitu Alex.