Menyisakan makanan bukan hanya membuang-buang rezeki, tetapi juga menunjukkan sikap tidak bersyukur atas nikmat Allah Swt
InfoMalangRaya.com | MASA kecil dulu, orang tua selalu memberi nasehat dan kadang marah, kalau melihat sisa butir nasi di piring, “Itu nanti dimakan setan, Nak,” kata beliau, “dan yang terakhir itu yang berkah.”
Marah, tanda ada penekanan, bahwa hal itu harus diperhatikan. Karena ketika itu, di piring selalu ada beberapa butir nasi yang tersisa, mungkin tidak banyak, hanya sekitar 10 butir.
Tapi, beliau menyuruh untuk menghabiskan. Nasihat ini bukan sekadar menakut-nakuti, tapi juga ajaran Islam yang menekankan pentingnya menghargai nikmat dan menghindari pemborosan.
Dulu, kita tidak begitu mengerti makna di balik nasihat itu. Hanya saja mengikuti aturan dan berusaha menghabiskan makanan di piring.
Ibu selalu menyimpan sisa makanan dan menghangatkannya kembali untuk dimakan di lain waktu. “Sayang sekali kalau dibuang,” kata beliau. “Mubazir.” “Nanti butir-butir menangis”.
Seiring waktu, penulis mulai memahami makna di balik nasihat orang tua. Melihat bagaimana banyak orang di luar sana yang kelaparan dan mendambakan sesuap nasi.
“Apakah kita tidak merasa bersalah setiap kali menyisakan makanan!”. Kadang, penulis melihat sendiri beberapa anak muda (mungkin juga orang tua), “Gak usah dihabiskan, kayak rakus saja!”.
Waduh, bahasa ini kelihatan benar, tapi tidak. Dan tidak sedikit orang yang ketika ada acara/hajatan di piringnya masih tersisa butir-butir makanan, dan enggan menghabiskannya.
Islam melarang keras menyisakan makanan karena termasuk tindakan mubazir. Allah SWT berfirman dalam Al-Isra ayat 27:
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرً
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS: Al-Isra : 27)
Menyisakan makanan bukan hanya membuang-buang rezeki, tetapi juga menunjukkan sikap tidak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Terkadang, kita harus melihat di luar sana banyak orang yang kelaparan dan mendambakan sesuap nasi.
Dulu penulis pernah di asrama, ada sekitar 2000 orang. Jika setiap hari mereka menyisakan 3 butir nasi saja, kita bisa bayangkan berapa ton setiap bulannya yang dibuang, jadi sampah, busuk.
Hal tersebut, merupakan contoh nyata bagaimana pemborosan dapat terjadi secara kolektif. Bayangkan berapa banyak makanan yang terbuang sia-sia setiap hari, sementara banyak orang di luar sana yang membutuhkan.
Betapa, kita tanamkan kesadaran untuk tidak menyisakan makanan. Sisa makanan adalah berkah, dan berkah itu terletak pada rasa syukur dan kepedulian kita terhadap sesama.
Larangan Nabi Menyisakan Makanan
Beberapa hadits tentang larangan menyisakan makanan, di antaranya:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ««إذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلا يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا، أَوْ يُلْعِقَهَا»
Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan kepada orang yang telah selesai makan agar tidak mengusap tangannya atau membasuhnya hingga ia menjilatinya atau menjilatkannya (ke orang lain). Dalam beberapa riwayat disebutkan illat (penyebab) tindakan ini, yaitu karena dia tidak tahu di bagian makanan manakah terdapat keberkahan. Karena itu, Nabi Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan untuk menjilati jari-jari, siapa tahu keberkahan ada pada makanan yang menempel di jari-jarinya.
Dalam kitab Shahih Muslim Hadis riwayat Imam Muslim :
وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ قَالَ وَقَالَ إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ قَالَ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمْ الْبَرَكَةُ
Dakwah Media BCA – Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dari Anas (w.93 H) bahwa Nabi ﷺ apabila selesai makan, beliau menjilati ke tiga jari tangannya. Anas berkata; Beliau bersabda, ”Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkannya dimakan setan.”Dan beliau menyuruh kami untuk menjilati piring. Beliau bersabda, ‘Karena kalian tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.” (HR. Muslim)
عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كِيلُوا طَعَامَكُمْ يُبَارَكْ لَكُمْ
Dari Nabi ﷺ bersabda, ”Timbanglah makanan kalian niscaya kalian akan dapat berkah.” (HR. Bukhari) Semoga kita semua dapat menjadi hamba-hamba yang bersyukur dan tidak menyia-nyiakan nikmat Allah SWT.*/Dr Halimi Zuhdy