Jatuhnya Bashar Al-Assad Akhirnya Penderitaan Warga Suriah

InfoMalangRaya.com—Utusan PBB untuk Suriah Geir Pedersen menyebut jatuhnya rezim Bashar al-Assad sebagai momentum penting dalam sejarah Suriah, setelah hampir 14 tahun rakyat negara itu mengalami “penderitaan yang tak henti-hentinya dan kehilangan yang tak terkatakan.”

“Babak gelap ini telah meninggalkan luka yang dalam, tetapi hari ini kita menantikan dengan harapan untuk dibukanya babak baru—babak perdamaian, rekonsiliasi, martabat, dan inklusi bagi semua warga Suriah,” kata Pedersen dalam sebuah pernyataan, Ahad (8/12/2024).

“Bagi mereka yang mengungsi, momentum ini memperbarui visi untuk kembali ke rumah mereka yang pernah hilang. Bagi keluarga yang terpisah oleh perang, ini merupakan awal dari reuni yang membawa harapan,” katanya, menambahkan.

“Bagi mereka yang ditahan secara tidak adil, dan keluarga-keluarga dari mereka yang ditahan dan hilang, dibukanya pintu penjara mengingatkan kita akan jangkauan keadilan pada akhirnya.”

Assad melarikan diri dari Suriah ke lokasi yang tidak diketahui setelah kelompok anti-rezim menguasai Ibu Kota Damaskus, Ahad dini hari.

Peristiwa ini menandai runtuhnya rezim Partai Baath, yang telah memerintah Suriah sejak 1963.

Jatuhnya rezim Assad terjadi hampir seminggu setelah kelompok oposisi menguasai Aleppo, kota besar di Suriah utara. Jatuhnya Rezim Bashar disambut gembira seluruh rakyat Suriah yang telah lama tertindas.

Pedersen mengakui bahwa meskipun masih ada tantangan besar ke depannya, tetapi momentum ini penting untuk menyambut pembaruan di Suriah.

“Ketahanan rakyat Suriah menawarkan jalan menuju Suriah yang bersatu dan damai,” katanya.

Utusan khusus PBB itu meminta semua aktor bersenjata di lapangan untuk menjaga perilaku baik, hukum dan ketertiban, melindungi warga sipil, serta menjaga lembaga publik.

Ia juga mendesak semua warga Suriah untuk memprioritaskan dialog, persatuan, dan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia, ketika mereka berusaha membangun kembali masyarakat mereka.

“Harus ada upaya kolektif untuk mengamankan perdamaian dan martabat bagi semua,” kata Pedersen.

“Mari kita hormati kenangan mereka yang telah menderita selama beberapa dekade dengan berkomitmen untuk membantu warga Suriah membangun Suriah, di mana keadilan, kebebasan, dan kemakmuran menjadi kenyataan bersama,” ujarnya.*/aa,ant

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *