Bondowoso (IMR) – Bondowoso kembali menegaskan diri sebagai salah satu pusat kopi kelas dunia. Sejak era VOC, kopi dari lereng Ijen sudah menembus pasar Eropa dan Amerika dengan nama Java Coffee.
Warisan bersejarah itu kini diteruskan melalui Festival Kopi Nusantara (FKN) ke-8 yang digelar di Alun-alun Raden Bagus Asra, Bondowoso, pada 4–6 September 2025.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Java Ijen Coffee, Andi Wijaya, mengungkapkan bahwa kopi Ijen memiliki akar sejarah panjang dalam perdagangan global.
“Sejak zaman VOC kopi Ijen sudah diekspor ke Eropa dan Amerika melalui PTPN XI. Dulu dunia mengenalnya sebagai Java Coffee,” kata Andi, Sabtu malam (6/9/2025).
Andi menjelaskan, sejak program klaster kopi berjalan pada 2010, petani semakin kuat karena mendapat dukungan dari berbagai pihak. “Termasuk BI, puslit, hingga eksportir seperti PT Indocom,” ujarnya.
Ia menambahkan, sejak 2021 Poktan Java Ijen Coffee telah mengantongi sertifikat organik standar Eropa dan Amerika, yang membuka peluang ekspor lebih luas. “Kami bisa mengirim 2–3 kontainer per tahun, masing-masing 19,2 ton. Nilainya per kontainer di atas Rp2 miliar karena masuk kategori speciality grade,” jelasnya.
Bupati Bondowoso, Abdul Hamid Wahid, menegaskan bahwa kopi Arabika Java Ijen Raung dan Sang Hyang Argopuro kini bukan hanya produk unggulan daerah, tetapi juga identitas budaya sekaligus kekuatan ekonomi masyarakat.
“Festival ini memperkuat kolaborasi dan daya saing, agar kopi dan tembakau Bondowoso semakin menancapkan jejak di pasar global,” katanya.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bondowoso mencatat, pada FKN 8 tahun ini kontrak dagang mencapai 60 ton dengan nilai Rp7,8 miliar.
“Selain itu, kopi Bondowoso berhasil diekspor ke enam negara dengan total 24,4 ton, terbesar ke Turki sebanyak 18 ton,” ungkap Kepala DPKP Bondowoso, Hendri Widotono.
Dengan jejak sejarah panjang sejak masa VOC hingga pencapaian kontemporer, kopi Bondowoso terus membuktikan diri sebagai ikon Java Coffee yang tetap relevan dan tak lekang oleh zaman. [awi/suf]