Jembatan Sungai Toba Ambruk, Aktivitas Warga Terhenti Total
Jembatan Sungai Toba yang menjadi penghubung utama antara Desa Pisang Jaya dan Desa Kurungan Nyawa II di Kecamatan Buay Madang, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan, mengalami keruntuhan pada Kamis (11/9/2025) sore. Kejadian ini menyebabkan aktivitas perekonomian warga di kedua desa tersebut lumpuh total.
Jembatan yang telah berusia lebih dari 12 tahun ini merupakan satu-satunya jalur vital bagi masyarakat untuk membawa hasil bumi maupun kebutuhan pokok. Sejak jembatan ambruk dua hari lalu, mobilisasi warga hampir berhenti sama sekali.
Kepala Desa Pisang Jaya, Suwito, menjelaskan bahwa pondasi jembatan sudah lama mengalami kerusakan. Menurut keterangan warga setempat, bagian pinggiran dan pondasi perlahan mengalami pengikisan hingga akhirnya roboh. Ia menegaskan bahwa jembatan ini adalah satu-satunya akses penghubung antara dua desa tersebut.
“Ini satu-satunya jembatan penghubung. Tidak ada akses lain. Jadi begitu roboh, otomatis masyarakat benar-benar lumpuh aktivitasnya,” ujarnya, Sabtu (13/09/2025).
Menurut Suwito, robohnya jembatan ini juga membuat akses masyarakat dari Pisang Jaya menuju Kurungan Nyawa I, II, dan III terputus total. Kendaraan seperti motor dan mobil tidak bisa melewati jalur tersebut.
Ia berharap pemerintah daerah segera membangun kembali jembatan ini karena menjadi urat nadi perekonomian warga.
Peninjauan oleh Anggota DPRD
Anggota DPRD Kabupaten OKU Timur, Edi Kurniansah, langsung melakukan peninjauan ke lokasi jembatan. Ia menilai pembangunan jembatan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan karena minimnya penguatan konstruksi, seperti penggunaan besi yang besar-besar.
“Jalan ini sering dilewati truk bermuatan 10 ton hasil bumi. Tapi saya lihat pembesian jembatan tidak ada, bahkan besi penyambung ke badan jalan pun tidak ada. Jadi kualitas pembangunannya memang lemah sejak awal,” kata Edi.
Ia berjanji akan segera menyampaikan temuan ini kepada Bupati OKU Timur agar pembangunan jembatan segera ditindaklanjuti. “Ini jalur utama masyarakat. Saya minta Dinas PUTR segera membangun ulang, tapi kualitasnya harus dijaga supaya kejadian seperti ini tidak terulang,” tegasnya.
Dampak Perekonomian yang Membesar
Robohnya jembatan Sungai Toba bukan hanya masalah infrastruktur, tetapi juga berdampak signifikan pada perekonomian ribuan warga. Setiap musim panen, truk-truk pengangkut hasil bumi dari Pisang Jaya dan Kurungan Nyawa melewati jalur ini.
Kini, seluruh akses distribusi terhenti. Bagi masyarakat desa, jembatan tersebut ibarat urat nadi. Tanpa jembatan, hasil bumi terancam tidak bisa dipasarkan, harga kebutuhan pokok bisa melambung, dan mobilitas sosial warga terhambat.
“Kalau panen tiba, semua hasil bumi lewat sini. Jadi robohnya jembatan ini bukan masalah kecil, ini soal ekonomi warga,” tutur Edi menambahkan.
Harapan kini tertuju pada pemerintah daerah agar segera merespons cepat, membongkar sisa jembatan lama, dan membangun kembali dengan kualitas konstruksi yang lebih kokoh. Sebab bagi warga Pisang Jaya dan Kurungan Nyawa, jembatan Sungai Toba bukan sekadar penghubung desa, melainkan jantung kehidupan sehari-hari.







