Kehidupan Pedagang Burung di Pasar Hewan Barito yang Terancam
Di tengah suara burung yang berkicau, Deni berdiri di lapaknya di Pasar Hewan Barito, Jakarta Selatan. Sejak tahun 2011, pria berusia 32 tahun ini telah menjalani usaha jual beli burung hias. Namun kini, ancaman relokasi menghantui para pedagang di kawasan tersebut.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk mengubah kawasan Pasar Hewan Barito menjadi ruang hijau bertajuk “Taman ASEAN”. Rencana ini melibatkan integrasi Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser menjadi satu kawasan terbuka yang terhubung. Proyek ini akan berdampak langsung pada kelangsungan hidup Pasar Burung Barito yang selama puluhan tahun menjadi ikon kawasan Kebayoran Baru.
Deni mengungkapkan bahwa para pedagang baru saja melewati masa sulit akibat renovasi sebelumnya. Selama enam bulan, mereka harus berhenti berdagang karena tempat usaha ditutup sementara. Ia merasa bahwa kini belum sepenuhnya pulih, karena banyak orang masih mengira bahwa Barito sudah tidak ada. Bahkan, setelah kembali dibuka, pengunjung masih sedikit.
Ia khawatir jika benar-benar direlokasi ke Lenteng Agung, maka akan terjadi efek domino seperti penurunan pembeli, bangkrutnya pedagang, serta meningkatnya angka pengangguran. Banyak pelanggan mengeluh tentang rencana perpindahan tersebut. Mereka sudah terbiasa datang ke Barito sejak kecil dan menikmati suasana di sana.
Selain sebagai tempat jual beli, Pasar Hewan Barito juga menjadi destinasi wisata edukatif. Banyak sekolah TK dan SD menjadikan kunjungan ke Barito sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran luar ruangan. Pengunjung dari luar kota hingga mancanegara sering mampir ke sana. Misalnya, pengunjung dari Korea atau bahkan pejabat asing pernah datang ke Barito saat berkunjung ke Jakarta.
Menurut Deni, nama “Barito” lebih dikenal luas dibandingkan taman-taman lain di sekitarnya yang akan digabung dalam proyek Taman ASEAN. Baginya, Barito adalah ikon Kebayoran Baru. Orang-orang luar kota lebih mengenal Barito sebagai pasar burung daripada taman-taman lainnya.
Harapan Para Pedagang: Jangan Digusur
Isu relokasi bukanlah hal baru. Menurut Deni, wacana penggusuran Barito sudah sering muncul di masa pemerintahan sebelumnya. Namun, hingga kini belum pernah benar-benar dilaksanakan. Meski tetap menghormati kebijakan pemerintah, Deni dan para pedagang lainnya berharap agar suara mereka dipertimbangkan.
“Harapan saya, harapan pelanggan-pelanggan saya, entah itu yang membeli makanan, entah yang membeli burung, semuanya kalau bisa jangan (direlokasi),” ujar Deni.
Para pedagang dan pengunjung berharap agar kawasan Barito tetap dapat beroperasi. Mereka yakin bahwa keberadaan pasar ini memiliki nilai sosial dan budaya yang tidak bisa digantikan oleh taman-taman baru. Dengan adanya relokasi, potensi kerugian ekonomi dan sosial sangat besar. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak dalam mengambil keputusan.