InfoMalangRaya.com– Sebuah laporan yang disusun Unicef Prancis dan Federation of Solidarity Actors (FAS), sebuah jaringan peduli tunawisma dan kalangan rentan, mengatakan tunawisma di kalangan anak-anak naik enam persen dalam setahun dan 30 persen sejak 2022.
Pada 18 Agustus, sebanyak 2.159 anak – termasuk 503 di antaranya berusia di bawah 3 tahun – tidak memiliki tempat untuk tidur secara layak.
Angka itu diyakini lebih rendah dari kenyataan, karena hanya mencakup anak-anak yang orang tuanya melapor ke layanan 115, nomor telepon darurat bagi tunawisma.
“Mereka terdiri dari semua macam anak-anak, tetapi yang paling meresahkan kami adalah peningkatan jumlah di kalangan anak yang masih sangat belia,” kata Adeline Hazan, presiden of Unicef France, berbicara kepada RFI.
“Antara 500 dan 600 anak berusia di bawah tiga tahun, dan jumlahnya meningkat cepat, demikian pula dengan ibu tunggal yang memiliki sejumlah anak,” paparnya seperti dikutip RFI Jumat (29/8/2025).
Bagi Jayyed, anak berusia 11 tahun yang tiba di Lyon dari Italia lima tahun silam, kehidupan di jalan merupakan penderitaannya sehari-hari. “Kami tidur di atas selembar kecil kardus. Saya susah tidur, karena khawatir diserang oran,” kata bocah lelaki itu kepada AFP.
“Berangkat ke sekolah, saya tidak bisa mandi, hanya mencuci tangan di pancuran,” paparnya.
Berkat organisasi peduli tunawisma anak Jamais sans toit yang berbasis di Lyon, keluarganya mendapatkan tempat bernaung berupa sebuah rumah yang dipinjamkan oleh sebuah asosiasi.
Para aktivis masih banyak anak lain yang mengalami hal serupa Jayyed.
Eléonore Schmitt dari Abbé Pierre Foundation, lembaga swadaya masyarakat yang fokus di bidang perumahan, mengatakan kepada RFI bahwa kenaikan jumlah tunawisma anak menunjukkan tidak ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah.
“Jelas sekali tidak ada kemauan politik. Kami menyeru dengan keras supaya diambil tindakan segera, karena situasi seperti ini sudah berlangsung terlalu lama. Anak-anak yang memasuki usia sekolah dan banyak lainnya melewati sepanjang tahun tanpa ada atap yang menaungi kepala mereka,” paparnya.
Kondisi tunawisma pada anak menyebabkan banyak masalah turunan. Mereka akan terlambat mendapatkan pendidikan formal, mengalami beragam masalah kesehatan, dan pada sebagian kasus mereka putus sekolah. “Ini soal masa depan anak-anak – dan yang berarti juga masa depan kita,” kata Juliette Murtin dari Jamais sans toit.
Kelompok advokasi kalangan tunawisma meminta pemerintah untuk menyediakan tempat penampungan yang bisa memuat sedikitnya 10,000 orang, termasuk 1.000 untuk wanita hamil dan wanita yang baru melahirkan anak.
Auvergne-Rhône-Alpes, Occitanie dan Île-de-France termasuk wilayah Prancis dengan jumlah tunawisma terbanyak.
Di wilayah Uni Eropa dan Inggris, sedikitnya 400.000 anak di bawah umur merupakan tunawisma dan jutaan anak lainnya tinggal di rumah yang tidak layak huni, menurut data European Federation of National Organisations Working with the Homeless (Feantsa).
Unicef mengatakan situasinya mengkhawatirkan terutama di negara Inggris, Jerman dan Prancis.*