InfoMalangRaya.com– Koran Globe and Mail mengabarkan bahwa otoritas Kanada berhasil menggagalkan rencana Iran untuk membunuh Orwin Cotler, bekas menteri kehakiman dan aktivis HAM yang kerap mengkritik Teheran dan dikenal pro-Israel.
Cotler merupakan bekas menteri Kanada yang kini berusia 84 tahun, dan pernah menjabat jaksa agung dari tahun 2003 sampai 2006. Dia pensiun dari dunia politik pada 2015 tetapi masih terlibat dalam aktivitas kampanye HAM di berbagai belahan dunia.
Menurut Globe and Mail, Cotler diberitahu bulan lalu bahwa dia menghadapi ancaman langsung – dalam waktu 48 jam – pembunuhan dari agen-agen Iran, lansir AFP Senin (18/11/2024).
Pihak berwenang melacak dua tersangka berkaitan dengan rencana itu, kata surat kabar itu, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Cotler sudah menerima perlindungan dwri pihak kepolisian selama lebih dari setahun, menyusul serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas di wilayah pendudukan Israel.
Cotler adalah seorang Yahudi dan berkampanye ke seluruh dunia supaya Korps Garda Revolusi Iran dimasukkan ke dalam daftar teroris.
Nama Cotler kabarnya juga disebut dalam investigasi FBI tahun 2022 berkaitan dengan pembunuhan aktivis HAM Masih Alinejad di New York oleh pembunuh bayaran.
Ottawa, yang membekukan hubungan diplomatik dengan Teheran sejak lebih dari satu dekade lalu, pada bulan Juni 2024 menyatakan Korps Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris.
Sebagai seorang pengacara, Cotler juga mewakili sejumlah disiden dan narapidana politik Iran. Dia menjabat sebagai ketua internasional untuk Raoul Wallenberg Centre for Human Rights dan seorang pendukung setia Israel.
Anak perempuannya, Michal Cotler-Wunsh, merupakan seorang politisi dan diplomat Isrsel yang pernah menjabat sebagai anggota parlemen Israel.
Jean-Yves Duclos, menteri senior di pemerintahan wilayah Provinsi Quebec, di mana Cotler tinggal, mengomentari kabar tentang upaya pembunuhan tersebut. Sepertinya “sangat sulit bagi Cotler, khususnya, serta keluarga dan temannya untuk mendengar” tentang rencana jahat tersebut.
Seorang pejabat menteri pemerintah lokal lainnya, Francois-Philippe Champagne, menyebut rencana pembunuhan itu “sangat meresahkan”.*