Desa Kedungpedaringan Gelar Karnaval di Bulan September
Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang akan menggelar karnaval pada 12 September mendatang. Meskipun bulan Agustus masih menjadi momen peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), beberapa desa memilih untuk merayakannya lebih lanjut di bulan berikutnya.
Karnaval ini akan diikuti oleh 13 kontingen dari masing-masing RT di Desa Kedungpedaringan. Setiap RT akan tampil dengan kostum adat yang ditemani oleh sound system atau yang dikenal dengan istilah sound horeg. Yudi Kiswanto, Sekretaris Desa Kedungpedaringan, menjelaskan bahwa kontingen akan berjalan mengikuti jalan kabupaten dari utara ke selatan dan melewati desa menuju panggung kehormatan atau finish.
Sound horeg menjadi salah satu daya tarik utama dalam karnaval ini. Tahun lalu, ribuan orang dari Kabupaten Malang dan luar daerah hadir menyaksikan acara tersebut. Mereka tertarik dengan suara dan lighting yang digunakan. Bahkan, live streaming di media sosial menunjukkan banyak tanggapan positif dan permintaan agar kegiatan ini dilanjutkan.
Pemdes Kedungpedaringan telah melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian terkait penggunaan sound system. Yudi menyatakan bahwa pihaknya siap mematuhi surat edaran penyelenggaraan karnaval. Selain itu, mereka akan mengundang kepolisian untuk sosialisasi dan memberi pemahaman kepada masyarakat serta peserta agar mematuhi aturan penggunaan sound system.
Anggaran karnaval berasal dari swadaya masyarakat, yaitu setiap RT yang ikut serta. Yudi tidak mengetahui besaran anggaran untuk karnaval dan penyewaan sound system dari setiap RT. Ia menyebutkan bahwa masyarakat kemungkinan sudah menabung sejak tahun lalu. Sebelum pelaksanaan karnaval, Pemdes telah melakukan musyawarah dan warga cukup antusias menyambut rencana tersebut. Yudi hanya meminta iuran tidak memberatkan warga.
RT 02/RW 01 juga siap berpartisipasi dalam karnaval tahunan ini. Rencananya, RT 02/RW 01 akan menampilkan cerita ‘Prahara Cinta Ken Arok dan Ken Dedes’. Warga telah melakukan latihan sejak kemarin. Anggaran penyelenggaraan karnaval berasal dari warga. Untuk menghindari beban bagi warga, Raswito, Ketua RT 02, menarik sumbangan berupa jimpitan di setiap rumah. Setiap hari petugas akan mengumpulkan uang senilai Rp 500 dari rumah ke rumah.
Program ini sudah ada sejak tahun lalu, sehingga memiliki kas sendiri. Selain itu, ada partisipasi sukarela untuk menutupi kekurangannya.
Upacara Lansia di Kelurahan Cepokomulyo
Berbeda dengan cara lain, warga RT 23/RW 03 Kelurahan Cepokomulyo, Kecamatan Kepanjen memiliki cara unik dalam memeriahkan HUT ke-80 RI. Mayoritas warga dari generasi tua atau lansia semangat mengikuti upacara yang digelar di perempatan jalan desa pada Minggu (17/8).
Pembina upacara, Direk De Ruiter, menjelaskan bahwa setiap tahun warga RT 23/RW 03 Kelurahan Cepokomulyo rutin menggelar upacara HUT RI. Tahun ini, upacara digelar dengan mengajak para warga lansia sebagai peserta dan petugas upacara. Peserta upacara usianya lebih dari 50 tahun, bahkan ada yang berusia 70 tahun.
Ketua pelaksana upacara, Dadang Solihin, mengatakan panitia sengaja mengajak generasi tua untuk memberi contoh semangat nasionalisme kepada kalangan muda. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme bagi anak muda dengan mencontoh kegiatan yang dilakukan oleh lansia.
Dadang mengaku tidak mudah melatih para warga yang usianya sudah tak muda lagi. Panitia butuh waktu selama dua minggu untuk mengarahkan petugas upacara ini. Menurutnya, mungkin mereka tidak pernah mengikuti upacara saat masa sekolah dulu. Makanya sekarang mereka perlu pembelajaran lagi.