Kasus Rahim Copot yang Viral di Media Sosial
Sebuah kisah mengejutkan tentang kasus rahim copot yang viral di media sosial menarik perhatian banyak pihak. Dokter Tirta memberikan saran khusus kepada sejawatnya terkait masalah ini. Dalam sebuah podcast, dr. Gia Pratama Putra menceritakan pengalamannya menemukan kasus langka dan mengerikan: rahim copot pada seorang wanita yang baru saja melahirkan.
Kasus tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan dokter. Beberapa bahkan menanggapinya dengan sinis di berbagai platform media sosial. Dokter Tirta menyampaikan pandangannya mengenai sikap reaktif dari sebagian sesama dokter, alih-alih mencoba bersikap kritis dan saling mendukung.
Pengalaman dr. Gia Pratama Putra
Dalam video podcast Raditya Dika bersama dr. Gia Pratama Putra, ia menceritakan pengalamannya saat menemukan kasus rahim copot. Menurut keterangannya, peristiwa ini terjadi saat dirinya bertugas di IGD RSUD dr. Slamet, Garut, Jawa Barat. Pada pukul 02.00 dini hari, keluarga pasien datang membawa kantong kresek.
dr. Gia menceritakan bahwa saat itu, keluarga pasien meminta konsultasi. Mereka menunjukkan kantong kresek berwarna hitam. Setelah dicek, ternyata isi kantong tersebut adalah rahim manusia. Ia langsung kaget dan bertanya siapa pemilik rahim tersebut.
Rupanya, rahim tersebut milik seorang wanita yang baru saja melahirkan di dukun beranak. Ada dugaan bahwa dukun beranak melakukan kesalahan tindakan medis. Menurut dr. Gia, setelah bayi lahir, plasenta seharusnya dibiarkan keluar secara alami. Namun, dukun beranak diduga menarik tali pusar secara paksa, sehingga rahim ikut tertarik.
Dampak dari Kasus Ini
Penjelasan dr. Gia ini membuat netizen merinding. Rahim manusia merupakan organ penting yang menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika rahim rusak, maka kemungkinan seorang wanita sulit mendapatkan anak.
Di berbagai platform media sosial, banyak dokter yang pro kontra terhadap kasus ini. Sejumlah dokter bahkan menyebut bahwa kasus tersebut tidak mungkin terjadi dan menanggapi dengan sinis.
Pandangan Dokter Tirta
Menanggapi ‘nyinyiran’ sesama sejawat di dunia maya, dokter Tirta melalui akun Threadsnya @dr.tirta buka suara. Ia menyoroti sikap reaktif dan nyinyir dari sebagian dokter, alih-alih mencoba bersikap kritis dan saling mendukung.
Ia menyampaikan bahwa debat antar sejawat tidak perlu terjadi asalkan mau saling terbuka. Debat tersebut seharusnya dapat diselesaikan di ranah pribadi melalui direct message atau bahkan saling kolaborasi konten. Namun, jika menyerang melalui media sosial terlebih dahulu, harus siap dengan segala konsekuensinya.
Kritik Terhadap Sikap Dokter Lain
Dokter Tirta menyampaikan bahwa dokter-dokter senior ini tidak belajar dari pengalaman. Ketika ada hal yang viral, mereka cenderung reaktif dan sibuk menyindir. Ia juga mengatakan bahwa dulu pernah menjadi target kritik, namun akhirnya berakhir dengan perkenalan baik.
Menurutnya, media sosial bukanlah tempat untuk menyelesaikan permasalahan sejawat. Ia menegaskan bahwa debat antar sesama dokter sebaiknya dilakukan secara pribadi dan saling menghargai. Jika tidak, maka bisa saja terjadi serangan balik.







