Keluarga Miskin Cenderung Konsumsi Nabati, Sulit Mengakses Daging

InfoMalangRaya.com—Konsumsi produk peternakan merupakan salah satu sumber protein yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan gizi anak-anak yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan.

Namun dari hasil penelitian menyebutkan, rumah tangga berpenghasilan rendah atau ekonomi bawah, cenderung lebih sering mengkonsumsi pangan nabati dan makanan bertepung dalam jumlah besar daripada produk-produk hewani bernilai tinggi.

Hal itu disampaikan oleh Prof. Ir. Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayyanah, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Ekonomi Keperilakuan Produk Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Ruang Balai Senat, Gedung Pusat, belum lama ini.

Mujtahidah menyampaikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah lebih sering mengonsumsi pangan nabati dan makanan bertepung dalam jumlah besar daripada produk-produk hewani bernilai tinggi.

“Sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa rumah tangga kelompok ini harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pangan dasar,” jelasnya saat pidato pengukuhan berjudul “Transformasi Perilaku Konsumsi Pangan Produk Peternakan Dalam Perspektif Ekonomi Malnutrisi”.

Menurutnya, tingkat konsumsi susu yang rendah di Indonesia mengakibatkan rendahnya kualitas gizi balita dan anak, yang dalam jangka panjangnya akan berdampak pada rendahnya sumber daya manusia.

Sedang, di saat yang sama rumah tangga yang berpenghasilan rendah sulit untuk mengakses susu, namun juga pangan hewani bernilai tinggi lain seperti daging dan juga produk susu lainnya.

Ia pun menarik kesimpulan bahwa kurangnya konsumsi protein hewani sebagian besar disebabkan oleh rendahnya tingkat ekonomi, dan juga harga yang tinggi menyebabkan orang memilih makanan protein hewani dengan kualitas yang lebih rendah. Konsumsi telur paling banyak di daerah pedesaan miskin.

Menurutnya, keputusan konsumen dalam memilih pangan berdasarkan faktor pendapatan, harga, dan preferensi yang menentukan tingkat permintaan pangan.“

Asupan makanan dan status gizi yang terkait dengan pembangunan ekonomi didorong oleh interaksi harga dan pendapatan dengan inovasi dalam produksi, distribusi, dan pemasaran pangan,” pungkasnya.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *