Patah tumbuh hilang berganti. Syahid satu tumbuh seribu. Panjang umur perlawanan dan pembebasan Masjid Al-Aqsha
Oleh: Muhammad Syafii Kudo
InfoMalangRaya.com | TOKOH paling dicari rezim Zionis itu akhirnya mengakhiri tugas jihadnya dengan indah. Duduk di atas sofa mengenakan kafiyeh dan sempat melakukan perlawanan terakhir dengan sisa nafasnya, adalah sebuah citra khas dari seorang martir sejati.
Dialah As Syahid Abu Ibrahim Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas paling dicadi dan paling dibenci penjajah Zionis dan para sekutunya itu lagi-lagi membuktikan bahwa DNA para mujahidin adalah cetakan khas para penduduk Gaza yang tidak takut mati demi membela tanah air dan agama Allah.
Yahya Sinwar adalah pelanjut estafet kepemimpinan kelompok perlawanan Hamas yang melanjutkan “tradisi” para pendahulunya yang memperoleh jalan kematiannya dengan sempurna yakni syahid (lewat wasilah) dibunuh oleh Rezim Zionis.
Pendiri Hamas, Syekh Ahmad Yassin, kemudian Dr. Abdul Aziz Rantisi, Yahya Ayyash (si pemilik seribu wajah), Ismail Haniyah dan kini Yahya Sinwar adalah para pemimpin kelompok perlawanan Hamas yang akan dikenang manis oleh penduduk langit dan bumi.
Jika para masyarakat Zionis bersorak gembira dengan kematian pria yang mengabiskan seluruh hidupnya selama 62 tahun untuk berperang melawan rezim pendudukan Al-Quds.
Ketahuilah bahwa pria yang selama 23 tahun hidupnya berada di penjara Zionis dan rumahnya dibom tahun 2012 ini, sejatinya lebih bahagia daripada para pemimpin dan rakyat kolonial Zionis sendiri.
Sebab dia mendapatkan anugerah terbesar yang selalu diimpikan oleh setiap orang beriman yakni mati syahid. Isy Kariman aw Mut Syahidan (hidup mulia atau mati syahid) adalah moto utama hidup seorang Muslim.
Zionis menyangka bahwa Yahya Sinwar telah mati dan akan mati pula perlawanan rakyat Palestina. Mereka keliru besar. Sebab di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman,
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ﴿١٦٩﴾ فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Al-Quran Surat Ali Imran, 169-170).
Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi,
اَلشُّهَدَاءُ عَلَى بَارِقِ نَهْرٍ بِبَابِ الْجَنَّةِ فِي قُبَّةٍ خَضْرَاءَ يَخْرُجُ اِلَيْهِمْ رِزْقُهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ بُكْرَةً وَ عَشِيًّا (رواه الحاكم واحمد والطبراني عن ابن عبّاس)
“Para syuhada berada di tepi sungai dekat pintu surga, mereka berada dalam sebuah kubah yang hijau. Hidangan mereka keluar dari surga itu setiap pagi dan sore.” (Riwayat al Ḥakim, Ahmad dan at Ṭabrani dari Ibnu ‘Abbas).
Para syuhada itu menikmati pemberian-pemberian Allah, mereka ingin mati syahid berulang kali. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah ﷺ yang berbunyi,
مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوْتُ لَهَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ يَسُرُّهَا اَنْ تُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا اِلاَّ الشَّهِيْدُ فَاِنَّهُ يَسُرُّهُ اَنْ يُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً اُخْرَى مِمَّا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ (رواه مسلم)
“Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid.” (Riwayat Muslim).
Kematian Yahya Sinwar bukanlah kematian perjuangan, melainkan akan menjadi sebuah babak baru dari keberlanjutan perlawanan. Allah tidak akan mendiamkan kedholiman terus berkuasa di muka bumi ini apalagi di tanah para Nabi yang disucikan (Syam). Sebab Allah sangat membenci kedholiman. Seperti yang dinukil oleh Syaikhul Hijaz Imam Nawawi bin Umar Al Jawi Al Bantani di awal mukadimah kitabnya (Nashaihul Ibad), ketika beliau berkata,
وانا الآن اريد التبرك باتيان حديثين شريفين جليلين
“Dan sekarang aku ingin mengambil berkah dengan mendatangkan (menghadirkan) dua hadis yang mulia dan agung kedua-duanya”
Hadis yang pertama adalah hadis Qudsi yang diijazahkan oleh guru Imam Nawawi Banten, yakni Al Allamah Syeikh Muhammad Al Khatib Al Syam yang bersambung kepada sahabat Abi Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu Anhu yang berbunyi,
عَنْ أَبِى ذَرٍّ الْغِفَارِيّ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ سبحانه وتعالى أَنَّهُ قَالَ: يَاعِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا…
“Dari Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ, dalam hadits qudsi yang beliau ﷺ riwayatkan dari Rabb-nya, bahwasanya Dia subhanahu wa ta’ala berfirman: ”Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Akupun jadikan kezhaliman itu diantara kalian sebagai sesuatu yang haram. Maka janganlah kalian saling menzhalimi…” (HR. Muslim)
Allah mengharamkan kedholiman bukan hanya bagi makhluk Nya tetapi juga bagi diri Nya sendiri. Dan penjajahan disertai genosida adalah salah satu bentuk kedholiman terbesar di atas dunia yang wajib dihapuskan.
Allah bisa saja menghapuskannya dengan mudah secara langsung melalui kehendak Nya. Namun Allah memilih “jalan Nya” yang unik yakni lewat tangan-tangan para kekasih Nya di muka bumi (Mujahidin) untuk lebih menghinakan para musuh Nya dan sebagai bentuk pemuliaan Allah kepada orang-orang beriman yang berkenan menempuh jalan mulia jihad fi sabilillah tersebut.
Video detik-detik kematian Yahya Sinwar yang diviralkan oleh penjajah Zionis justru menjadi bumerang besar bagi Netanyahu dan jajarannya. Berkat video tersebut akhirnya masyarakat dunia tahu bahwa propaganda rezim Zionis selama ini yang menyatakan bahwa arsitek serangan 07 Oktober itu adalah pengecut yang hanya berani bersembunyi di terowongan bersama ajudannya dan para sandera warga Israel yang ditawan adalah bohong belaka.
Prof. Fawas Gergez, seorang dosen Hubungan Internasional London School of Economics, menyatakan bahwa di detik-detik terakhir hidupnya dimana dalam keadaan terluka berlumuran darah Yahya Sinwar dengan mengenakan pakaian tempur dipadukan dengan sorban khas Palestina (Kafiyeh) tetap melakukan perlawanan dengan cara melemparkan tongkat ke arah drone yang mendekatinya adalah bukti bahwa dia adalah pejuang sejati.
Aksi heroiknya menjelang ajal itu dirayakan oleh para penduduk Palestina dan membungkam narasi palsu rezim Zionis selama ini yang menggambarkan sosok Yahya Sinwar sebagai pengecut.
Kematian Yahya Sinwar juga menyampaikan pesan kepada dunia bahwa militer Zionis dengan segala kecanggihan alutsista dan intelijennya nyatanya tidak sehebat mitos yang selama ini diyakini oleh masyarakat dunia.
Setelah “kebobolan” oleh serangan dahsyat Hamas pada 07 Oktober 2023 silam, nyatanya mereka juga gagal menangkap Yahya Sinwar selama setahun lebih pasca serangan tersebut. Dan kematian Yahya Sinwar pun ternyata bukan karena hasil dari operasi khusus pasukan elite Zionis melainkan dari kebetulan belaka.
Mengutip kantor berita Anadolu, Yahya Sinwar tidak sengaja terbunuh dalam penyisiran rutin yang dilakukan tentara Israel di Jalur Gaza pada Kamis (17/10). Media Israel melaporkan bahwa Sinwar, yang merupakan target utama penjajah akhirnya syahid dalam konfrontasi langsung di lapangan terbuka.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pasukan dari unit Bislach milik tentara penjajah sedang melakukan penyisiran rutin di kota Rafah, dimana mereka menduga ada beberapa orang di dalam sebuah gedung yang dipasangi jebakan.
Laporan itu mengatakan bahwa tentara penjajah melepaskan tembakan artileri dan tembakan ke gedung tersebut, hingga menyebabkan tiga anggota Hamas, tanpa mengetahui bahwa Sinwar ada di antara mereka.
Setelah beberapa saat, para prajurit mulai menyisir gedung tersebut. Dua granat dilemparkan di mana satu meledak sedangkan yang lain tidak, menurut laporan tersebut.
Pasukan itu mundur dan mengirim sebuah pesawat nirawak, yang mendeteksi seorang korban luka, dengan wajah tertutup, duduk di sebuah ruangan dan berusaha menjatuhkan pesawat nirawak tersebut dari udara dengan tongkat.
Dan ketika para prajurit mendekati jasad para pejuang Palestina tersebut, mereka melihat bahwa salah satu dari mereka sangat mirip dengan Sinwar.
Serupa dengan laporan Yedioth Ahronoth, surat kabar Haaretz menyatakan bahwa kematian Sinwar adalah “kebetulan.” Tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan keberadaan Sinwar. Apa yang terjadi adalah kebetulan belaka. (Antaranews, 18 Oktober 2024).
Dan ada yang menarik dari kematian Yahya Sinwar tersebut dimana ketika digeledah di kantongnya yang ditemukan adalah benda-benda sederhana saja namun menandakan kepribadiannya yang religius.
Saluran 12 ‘Israel’ membagikan foto barang-barang milik Yahya Sinwar yang ditemukan setelah kematiannya, yakni tasbih, dua buku doa kecil, paspor, peluru, senter kecil, permen mint, pemotong kuku, dan uang tunai.
Yahya Sinwar dimasukkan daftar hitam oleh Kementerian Luar Negeri AS pada tahun 2015, di masukkan dalam daftar orang yang dicari penjajah.
Badan keamanan Israel menganggapnya sebagai perancang dan pelaksanaan serangan 7 Oktober 2023. Pasca Operasi Badai (Tufan) Al-Aqsha, nama Sinwar berkali-kali diumumkan oleh sejumlah pejabat senior rezim Israel, termasuk Menteri Perang Yoav Galant.
Zionis telah berusaha mendiskreditkan Sinwar dengan banyak kebohongan, seperti mengklaim bahwa Sinwar bersembunyi di terowongan dan mengorbankan rakyat Gaza, bahwa Sinwar telah menyandera tahanan Zionis, atau bahwa Sinwar telah melarikan diri ke Mesir.
Kesalahan strategis Zionis dalam mempublikasikan foto dan video kesyahidan Sinwar telah menimbulkan skandal bagi Zionis dan menempatkan pribadi Sinwar tokoh legendaris paling menakutkan ZIonis dalam sejarah.
Yahya Sinwar seperti para pendahulunya selalu mengidamkan kematian yang indah di jalan Allah. Dalam salah satu video yang direkam beberapa tahun silam dan kini viral di sosial media, sangat jelas bahwa Yahya Sinwar dengan tegas menyatakan ingin mati sebagai martir (syahid) karena serangan jet tempur Israel daripada mati terkena Covid-19, stroke, kecelakaan lalu lintas dan penyebab kematian alami lainnya.
Menurutnya hal itu adalah hadiah terbesar yang bisa diberikan oleh musuh kepada dirinya.
Sekali lagi ia ingin meninggal sebagai martir daripada “fatasya” yakni meninggal secara tidak terhormat. Dan kini terbukti Allah telah mengabulkan harapannya tersebut.
Walhasil, selamat jalan pejuang. Engkau kini kembali ke hadirat Allah dan berkumpul dengan para pendahulumu dan para kekasih Allah lintas zaman. Matimu bukanlah alarm matinya perjuangan rakyat Palestina melainkan akan menjadi awal yang baru lagi bagi para pejuang lainnya.
Patah tumbuh hilang berganti. Syahid satu tumbuh seribu. Panjang umur perlawanan dan pembebasan Masjid Al-Aqsha. Wallahu A’lam Bis Showab.*
Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan
Leave a Comment
Leave a Comment