Festival Olahraga Tradisional di Kabupaten Tanahlaut
Festival olahraga tradisional se-Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali digelar oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) setempat. Acara ini telah dimulai beberapa hari lalu dan akan berlangsung hingga Rabu lusa, dengan penyesuaian terhadap perkembangan pelaksanaan di lapangan.
Dalam festival ini, terdapat sembilan cabang olahraga yang diperlombakan, yaitu Bakiak, Balogo, Egrang, Sumpit, Lari Balok, Bahadang, Dagongan, Tarik Tambang, dan Silat Budaya (Kuntau). Jumlah peserta yang ikut dalam acara ini mencapai 643 orang. Sebagian besar perlombaan diselenggarakan di halaman Stadion Pertasi Kencana, Pelaihari, sementara beberapa lainnya dihelat di RTH Kijang Mas Permai Pelaihari.
Festival ini menjadi agenda rutin Dispora Tala. Tujuannya adalah untuk menyeleksi atlet atau lebih tepatnya pegiat dan penggiat olahraga tradisional. Nantinya, mereka akan diikutkan dalam seleksi tingkat provinsi dan diharapkan bisa sampai ke tingkat nasional.
Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk menjaga nilai-nilai kebudayaan di Kabupaten Tala. Generasi penerus diharapkan dapat mengenal dan memahami sejarah permainan tradisional tersebut. Rudi Imtihansyah, Kadispora Tala, menyampaikan bahwa para pegiat olahraga tradisional diharapkan bisa menyosialisasikan permainan ini kepada seluruh masyarakat Tala.
Tujuan utama dari festival ini adalah mewujudkan masyarakat Tala yang sehat. Berdasarkan desain olahraga daerah (Tala), target pada tahun 2045 adalah 70 persen masyarakat Tala melakukan olahraga secara rutin. Menurut Rudi, ini adalah pekerjaan berat yang harus dimulai dari berbagai bentuk cabang olahraga, termasuk festival olahraga tradisional yang sedang berlangsung saat ini.
Setelah festival selesai, Dispora Tala bersama Kormi Tala dan pihak lainnya akan turun ke desa-desa untuk mengajak masyarakat Tala berpartisipasi dalam olahraga. Pilihan olahraga yang ditawarkan antara lain olahraga tradisional khas Tala, Kalsel, atau permainan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.
Contohnya, Silat Budaya atau Kuntau. Setelah festival ini rutin diadakan, muncul banyak perguruan Kuntau di sejumlah tempat di Tala. Padahal sebelumnya, perguruan ini nyaris punah. Rudi menegaskan bahwa tugas ini ada di tangan Kormi Kabupaten Tala untuk menghidupkan kembali dan membina komunitas serta perguruan-perguruan tersebut.
Lebih lanjut, Rudi menyampaikan rencana untuk lahirnya Kampung Permainan. Dalam hal ini, Dispora Tala akan bekerja sama dengan organisasi kepemudaan di Tala untuk menawarkan program bagi generasi penerus agar mereka bisa melupakan gawai meski hanya satu atau dua jam dalam sehari.
Olahraga tradisional, menurut Rudi, tidak hanya untuk kebugaran tetapi juga sebagai bentuk kegembiraan. Ketika seseorang sehat dan nyaman berpikir, maka aktivitas sehari-hari akan lebih mudah dilakukan.
Festival ini juga merupakan bagian dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, salah satu poinnya menyebutkan bahwa setiap orang perlu melakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari.
Kalangan warga Tala merespons positif acara ini. “Sangat bagus jika olahraga tradisional digaungkan supaya anak-anak tertarik karena olahraganya lebih santai. Pusing sedih melihat anak-anak yang mabuk HP,” ucap Mahrani, warga Pelaihari.