InfoMalangRaya.com—Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Departemen Dermatologi dan Venerologi FKKMK UGM, dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK(K)., mengatakan kenaikan kasus infeksi menular seksual berkaitan dengan program skrining terhadap kelompok yang berisiko atau rentan HIV maupun sifilis mengalami peningkatan.
“Kemenkes memiliki program triple eliminasi yang harus diatasi untuk ibu hamil yaitu HIV, sifilis, dan Hepatitis B. Nah, peningkatakan kasus ini karena ada peningkatan skrining oleh pemerintah secara proaktif beberapa tahun lalu. Jadi, kesannnya naik karena dulu tidak ada skrining,” paparnya di laman UGM belum lama ini.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat adanya peningkatan kasus penyakit menular seksual yaitu HIV dan sifilis pada tahun 2023 di Indonesia, dimana mayoritas kasus didominasi ibu rumah tangga.
Upaya skrining tersebut dilakukan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual dan Hepatitis B dari ibu ke janin yang dikandung. Skrining sejak dini diharapkan dapat mencegah infeksi pada bayi.
“Ketiga penyakit ini menular lewat darah dan dikhawatirkan jika jumlah kuman di ibu banyak bisa menular ke janin,” jelasnya.
Infeksi sifilis pada bayi bisa berakibat kecacatan pada organ hingga kematian. Demikian halnya dengan hepatitis B bisa meningkatkan kematian pada bayi karena adanya gangguan pada liver. Sementara infeksi HIV menjadikan bayi mudah sakit atau rentan terhadap berbagai infeksi karena lemahnya kekebalan tubuh.
Satiti menjelaskan upaya skrining dengan melakukan tes dapat dilakukan di berbagai layanan kesehatan tanah air secara gratis. Selain ibu hamil, kelompok rentan lain seperti pekerja seks komersial, lelaki seks dengan lelaki juga perlu melakukan skrining penyakit menular seksual.
Untuk mencegah penularan penyakit seksual menular, Satiti mengimbau masyarakat untuk menghindari perilaku seksual berisiko dan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sebab, penyakit menular seksual penularan utamanya melalui kontak seksual.
Angka Sifilis
Sebelum ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan 20.783 orang telah terkonfirmasi terinfeksi penyakit sifilis tersebar di berbagai daerah di Indonesia selama tahun 2022.
Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes pada 2022, profil pasien berdasarkan jenis kelamin, di mana 46 persen terkonfirmasi menderita sifilis, sedangkan pada kelompok laki-laki mencapai 54 persen.
Pada kelompok usia berdasarkan data yang sama, diketahui bahwa tiga persen anak berusia di bawah empat tahun terkena sifilis, diikuti dengan usia 5-14 tahun 0,24 persen, 15-19 tahun enam persen, 20-24 tahun 23 persen, sedangkan bagi usia di bawah 50 tahun ada lima persen.*
Kenaikan Kasus HIV-Sifilis di Indonesia Meningkat, Pakar UGM Usul Program Skrining
